PERENCANAAN KEUANGAN
Perencanaan keuangan suatu perusahaan
pada umumnya disajikan dengan model : (1) anggaran, (2) titik impas, (3)
tingkat leverage operasi, dan (4) return on
investment atau ROI.
à Anggaran
Hasil
peramalan keuangan tabel 8.3 (mengenai ramalan unit penjualan tahun keenam
sebesar 906 unit), tabel 8.4 (mengenai ramalan harga jual Rp 9.125 per unit dan
tabel 8.7 (mengenai biaya variabel Rp 2.375 dan biaya tetap total Rp 5.181) pada bab 8, dapat disusun anggaran
rugi laba tahun ke 6 sebagai berikut :
q Sales
906 unit @ Rp 9.125 Rp
8.267
q Variable
cost 906 unit @ Rp 2.375 Rp
2.152
q Marjin
kontribusi Rp
6.115
q Biaya
tetap Rp
5.181
q Laba
operasi Rp
934
Anggaran diatas adalah lazim disebut anggaran statis,
karena hanya pada satu titik penjualan yaitu 906 unit penjualan. Dengan menjual
pada jumlah tersebut, perusahaan direncanakan akan mendapatkan laba operasional
Rp 934. Manajemen akan sangat mudah membuat perencanaan keuangan jika biaya
operasi diklasifikasikan kedalam biaya variabel dan biaya tetap. Model
klasifikasi biaya operasi tersebut telah dijelaskan dalam peramalan keuangan
dengan model titik terendah tertinggi atau model least squeres. Yang
paling mudah adalah menggunakan model titik terendah tertinggi, tetapi tingkat
akurasinya rendah. Model anggaran operasi diatas sangat sederhana dan mudah
dipraktikan dan mudah dipahami bagi setiap level manajer. Oleh sebab itu,
diharapkan semua level manajer harus mengetahui dan memahami perilaku biaya dan
tekhnik penyajian anggaran laba.
Mengenai total biaya tetap sebesar Rp 5.181 itu adalah
biaya tetap pada jarak penjualan tertentu (relevant range) 0 sampai
dengan 1.000 unit. Jika penjualan diatas 1.000 unit besarnya biaya tetap akan
meningkat. Jika manajemen membuat perencanaan laba pada penjualan diatas 1.000
unit, maka total biaya tetap diatas Rp 5.181, misal Rp 6.000. Perhitungan laba
rugi pada tahun tingkat penjualan 1.000 adalah sebesar 1.000 x (9.125 - 2.375)
– Rp 6.000 = Rp750
à Analisis
Pulang Pokok (Titik Impas/BEP)
Analisa break even adalah teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara volume penjualan dan profitabilitas. Analisa ini disebut juga sebagai analisa
impas, yaitu suatu metode untuk menentukan titik tertentu dimana penjualan dapat menutup biaya, sekaligus
menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian perusahaan jika penjualan
melampaui atau berada di bawah titik tersebut.
Analisa
ini penting
dalam tahap perencanaan manajemen keuangan,
karena hubungan antara biaya-volume-laba (oleh karenanya, analisa
BEP juga disebut sebagai Cost-Profit-
Volume Analysis) dapat dipengaruhi oleh proporsi investasi dalam aktiva tetap, dan
perubahan rasio aktiva tetap terhadap aktiva variable ditentukan saat rencana keuangan disusun. Dengan kata lain, bila perusahaan
hanya mempunyai biaya variable
saja, maka tidak akan muncul masalah
break even. Ini terkait dengan sifat dari biaya variable dan tetap
itu sendiri.
Biaya-biaya
yang
diperhitungkan dalam analisa
impas
adalah biaya-biaya operasi seperti gaji staf, biaya
penyusutan/depresiasi (yang termasuk
biaya operasi tetap), dan komisi penjualan, bahan baku & upah tenaga kerja langsung (sebagai contoh biaya operasi variabel). Dalam hal ini beban bunga tidak termasuk biaya operasi sebab biaya bunga
termasuk biaya keuangan. Oleh karenanya, sebagai langkah awal pembahasan difokuskan pada rencana operasi perusahaan, yaitu perhitungan BEP Operasional. Tahap selanjutnya
adalah pembahasan tentang rencana pembiayaan atau BEP Finansial. Dengan demikian pula, analisa break even ini terkait dengan konsep Degree of Operating Leverage (DOL) & Degree of Financial Leverage (DFL) yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
- analisis pulang pokok merupakan model perencanaan dan pengendalian keuangan dasar. Hubungan antara besarnya pengeluaran investasi dan volume yang diperlukan untuk mencapai profitabilitas disebut analisis pulang pokok (break even analysis) atau perencanaan laba. Analisis pulang pokok merupakan alat untuk menentukan titik dimana penjualan akan impas menutup biaya-biaya.
- Dalam analisa model pulang pokok biaya-biaya harus dibedakan biaya variabel dan biaya tetap, seperti disajikan dalam perhitungan diatas.
- Titik impas dapat disajikan dalam perhitungan berikut ini.
Perhitungan titik impas :
FC =
5.181
= 768 unit 768 x
Rp 9.125 = Rp 7.008
CMPU
(9.125 – 2.375)
Penjualan 768 unit @
Rp 9125 =
Rp 7.008
Biaya variabel 768
unit @ Rp 2.375 = Rp 1.824
Marjin kontribusi =
Rp 5.184
Biaya tetap = Rp
5.181
Laba operasi (akibat
pembulatan) = Rp 3
à Margin Of Safety
Jika
penjualan nyata (direncanakan) 750 unit, dapat dihitung margin of safety
atau tingkat keamanan penjualan terhadap kerugian, yaitu bahwa dengan penjualan
nyata 750 unit perusahaan menderita kerugian Rp 118 (lihat perhitungan diatas),
maka margin of safety=
Sales
aktual – Sales BEP = (750
– 768) = - 2,4 %
Sales aktual 750
Jika
penjualan nyata (direncanakan) 936 unit, dapat dihitung margin of safety
atau tingkat keamanan penjualan terhadap kerugian, yaitu bahwa dengan penjualan
nyata 750 unit perusahaan menderita kerugian Rp 118 (lihat perhitungan diatas),
maka margin of safety =
Sales
aktual – Sales BEP = (936
- 768) = 17,95 %
Sales aktual 936
à Tingkat
Leverage Operasi
Tingkat
leverage operasi (degree of operating leverage) ialah sejauh mana
pengaruh biaya tetap terhadap perubahan penjualan dan laba. Pada contoh diatas,
pada penjualan 906 unit, tingkat leverage operasi dapat dihitung :
Marjin
Kontribusi = Tingkat
Leverage Operasi
Laba operasi
Sales 906 unit @ Rp
9.125 Rp 8.267
Variable cost 906
unit @ Rp 2.375 Rp 2.152
Marjin kontribusi Rp 6.115
Biaya tetap Rp
5.181
Laba operasi Rp 934
Tingkat
leverage operasi = 6.115/934 = 6.547 X. Hasil sebesar itu diakibatkan karena
biaya tetap tinggi sehingga laba operasi kecil. Jika biaya tetap kecil, maka tingkat leverage operasi
akan kecil, dan pengaruh perubahan penjualan akan kecil terhadap perubahan
laba. Biaya tetap mempunyai pengaruh besar terhadap laba operasi. Biaya tetap
merupakan manifestasi dari peralatan bisnis yang memiliki tiga alternatif,
yaitu :
1.
Jika peralatan bisnis (fixed
assets) modern, maka biaya tetapnya tinggi, dan tingkat leverage operasinya
tinggi
- Jika peralatan bisnis (fixed assets) sedang (tidak terlalu canggih dan tidak terlalu saderhana) maka biaya tetapnya sedang, dan tingkat leverage operasinya sedang
- Jika peralatan bisnis (fixed assets) sederhana, maka biaya tetapnya rendah, dan tingkat leverage operasinya rendah
Tingkat leverage operasi mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap perubahan penjualan dan laba operasi.
1) Jika tingkat leverage, dalam kondisi ekonomi baik, laba operasi
akan naik sebesar tingginya leverage tersebut
2) Jika tingkat leverage sedang, dalam kondisi ekonomi baik,
laba operasi akan naik sebesar tingginya leverage tersebut
3) Jika tingkat leverage rendah, dalam kondisi ekonomi baik,
laba operasi akan naik sebesar tingginya leverage tersebut
Dalam kondisi ekonomi baik, perusahaan yang mempunyai
pangsa pasar luas harus memodernisasi peralatan bisnisnya agar mampu melayani
permintaan pasar. Sebaliknya dalam kondisi ekonomi buruk, perusahaan yang
leveragenya tingginya akan cepat bangkrut atau mengalami kerugian. Demikian, leverage operasi merupakan “pedang
bermata dua”, bisa menghancurkan dan bisa mengembangkan perusahaan.
à Return
On Investment (Roi)
ROI
pada umumnya digunakan untuk membuat perencanaan keuangan perusahaan
konglemerasi atau perusahaan multinasional, karena mereka memiliki cabang di
seluruh dunia, atau memiliki banyak anak-anak perusahaan. Ada dua versi ROI,
yaitu :
1) Rasio laba operasi terhadap total investasi
2)
Rasio laba bersih terhadap total investasi
Pada
versi pertama, digunakan untuk jika manajer anak perusahaan sebagai pusat
investasi (invesment center), di mana seluruh investasi dibiayai oleh induk
perusahaan, sehingga ia tidak berhak menggunakan pembiayaan kredit jangka
panjang untuk membiayai investasinya.
Sedangkan pada versi kedua, di mana manajer anak perusahaan memiliki hak
untuk membiayai investasi dengan kredit jangka panjang.
ROI
hakikatnya adalah perpaduan dua unsur kemampuan manajemen yaitu : (1) kemampuan
manajemen memperoleh laba operasi atau laba bersih, dan (2) kemampuan manajemen
menggunakan harta yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil penjualan
sebesar-besarnya. Atau dengan bahasa lain, ROI adalah perwujudan kemampuan
manajemen dalam : (1) efisiensi biaya, dan (2) meluaskan pangsa pasar. Rumus
ROI dapat disajikan berikut ini :
ROI = Laba operasi x
Penjualan
Penjualan total investasi
Model
ROI dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi model ROE, yaitu menambahkan faktor
penggunaan model dari pihak ketiga atau faktor leverage yaitu total harta atau
total investasi dibagi total modal sendiri. Persamaan diatas dapat dikembangkan sebagai berikut:
ROE = laba bersih
x penjualan x total
investasi
Penjualan total investasi total modal sendiri
Laba bersih dibagi penjualan menunjukkan kemampuan
manajemen memperoleh laba bersih untuk meningkatkan kekayaan pemilik
perusahaan; penjualan dibagi total investasi menunjukkan kemampuan manajemen
mengelola harta perusahaan untuk memperoleh pendapatan atas penjualan barang
atau jasa yang dihasilkan; dan total investasi dibagi modal sendiri menunjukkan
kemampuan manajemen untuk menggunakan modal dari pihak ketiga untuk
memaksimumkan kekayaan pemilik perusahaan.