MENGELOLA
KARIR KARYAWAN/PEGAWAI
A. PENGERTIAN
KARIR
Secara umum
dapat dikatakan bahwa suatu karir akan berisi kenaikan tingkat dari
tanggungjawab, kekuasaan dan pendapatan seseorang (Bambang Wahyudi, 162).
Pandangan yang lebih luas daripada karir adalah sebagai suatu rangkaian atas
sikap dan prilaku yang berkaitan dengan aktifitas pekerjaan dan pengalaman sepanjang
kehidupan seseorang (individually perceived sequence of attitudes and behaviors
associated with work-related activities and experiences over the span of a
person’s life, Bernardin, 194). Senada dengan itu Malthis menyatakan bahwa
karir adalah rangkaian posisi yang berkaitan dengan kerja yang ditempati
seseorang sepanjang hidupnya (hal.342). Konsep baru tentang karir adalah
protean career yaitu karir yang senantiasa berubah seiring berubahnya minat,
kemampuan, nilai dan lingkungna kerja seseorang (Noe, 378).
Menurut Gibson dkk. (1995: 305)
karir adalah rangkaian sikap dan perilaku yang berkaitan dengan pengalaman dan
aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan rangkaian
aktivitas kerja yang terus berkelanjutan. Dengan demikian karir seorang
individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam kesempatan. Jika
ditinjau dari sudut pandang organisasi, karir melibatkan proses dimana
organisasi memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju efektivitas karir yang
merupakan batas dimana rangkaiandari sikap karir dan perilaku dapat memuaskan
seorang individu.
Menurut Greenhaus (1987: 5) yang
dikutip oleh Irianto (2001: 93) terdapat dua pendekatan untuk memahami makna
karir, yaitu : pendekatan pertama memandang karir sebagai pemilikan (a property)
dan/atau dari occupation atau organisasi. Pendekatan ini memandang bahwa
karir sebagai jalur mobilitas di dalam organisasi yang tunggal seperti jalur
karir di dalam fungsi marketing, yaitu menjadi sales representative,
manajer produk, manajer marketing distrik, manajer marketing regional, dan
wakil presiden divisional marketing dengan berbagai macam tugas dan fungsi pada
setiap jabatan.
Berdasarkan kedua pendekatan
tersebut definisi karir adalah sebagai pola pengalaman berdasarkan pekerjaan (work-related
experiences) yang merentang sepanjang perjalanan pekerjaan yang dialami
oleh setiap individu/pegawai dan secara luas dapat dirinci ke dalam obyective
events. Salah satu contoh untuk menjelaskannya melalui serangkaian posisi
jabatan/pekerjaan, tugas atau kegiatan pekerjaan, dan keputusan yang berkaitan
dengan pekerjaan (work-related decisions). Tidak hanya itu saja, juga
mengenai interpretasi subyektif tentang peristiwa yang berkaitan dengan
pekerjaan (workrelated events) baik pada masa lalu, kini dan mendatang
seperti aspirasi pekerjaan, harapan, nilai, kebutuhan dan perasaan tentang
pengalaman pekerjaan tertentu.
Menurut Irianto (2001 : 94),
pengertian karir meliputi elemen-elemen obyektif dan subyektif. Elemen obyektif
berkenaan dengan kebijakan-kebijakan pekerjaan atau posisi jabatan yang
ditentukan organisasi, sedangkan elemen subyektif menunjuk pada kemampuan
seseorang dalam mengelola karir dengan mengubah lingkungan obyektif (misalnya
dengan mengubah pekerjaan/jabatan) atau memodifikasi persepsi subyektif tentang
suatu situasi (misalnya dengan mengubah harapan).
Simamora
(2001 : 504) berpendapat bahwa kata karir dapat dipandang dari beberapa
perspektif yang berbeda, antaralain dari perspektif yang obyektif dan
subyektif. Dipandang dari perspektif yang subyektif, karir merupakan
urut-urutan posisi yang diduduki oleh seseorang selama hidupnya, sedangkan dari
perspektif yang obyektif, karir merupakan perubahan-perubahan nilai, sikap, dan
motivasi yang terjadi karena seseorang menjadi semakin tua. Kedua 15 perspektif
tersebut terfokus pada individu dan menganggap bahwa setiap individu memiliki
beberapa tingkat pengendalian terhadap nasibnya sehingga individu tersebut
dapat memanipulasi peluang untuk memaksimalkan keberhasilan dan kepuasan yang
berasal dari karirnya. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengertian karir
adalah urutan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dan
perilaku-perilaku, nilai-nilai, dan aspirasi-aspirasi seseorang selama rentang
hidupnya.
B.
JALUR
KARIER
Hasil
dari perencanaan karier adalah penempatan dari seorang individu dalam
suatu pekerjaan yang merupakan bagian pertama dari sederetan pekerjaan. Dari
perspektif organisasi, jalur karier adalah pentitng dalam perencanaan tenaga
kerja. Sebuah masa depan tenaga kerja organisasi tergantung pada proyeksi
individu-individu melalui suatu barisan. Dari perspektif individu, suatu jalur karier merupakan sederetan dari
pekerjaan yang dia inginkan lakukan untuk mencapai tujuan personal dan
kariernya. Meskipun hampir tak mungkin dengan sempurna mengintegrasikan
kebutuhan organisasi dan kebutuhan individu dengan medisain jalur karier,
perencanaan karier sistematis adalah suatu potensi untuk menutup kesenjangan
antara kebutuhan dari individu dan kebutuhan dari organisasi.
Jalur
karier tradisional menekankan mobilitas keatas dalam suatu kesempatan tunggal
atau bidang fungsional. Ketika menerima karyawan, Perwakilan organisasi akan
membicarakan jalur karier ahli rekayasa, akuntan atau sales. Dalam konteks ini,
perekrut akan menguraikan pekerjaan berbeda yang individu akan tangani sebagai
pekerjaan yang semakin meningkat dalam sebuah organisasi.
Masing-masing pekerjaan, atau ”jenjang” dari tangga karier dicapai ketika
individu telah mengumpulkan pengalaman dan kemampuan yang diperlukan dan telah
ditunjukkan bahwa dia siap untuk dipromosi.
Sebuah
alternatif untuk jalur karier tradisional adalah untuk jalur karier dasar
pada pengalaman nyata dan pilihan individu. Jalur dari jenis ini akan mempunyai beberapa
karakteristik:
- mereka akan termasuk berbagai kemungkinan lateral dan downward, seperti juga berbagai kemungkinan keatas (upward possibilities)
- mereka menjadi bersifat sementara dan responsif untuk perubahan kebutuhan organisasi
- mereka akan menjadi cukup fleksibel untuk mengambil tanggungjawab kualitas individu-individu
- masing-masing pekerjaan sepanjang jalur akan menjadi spesifik dalam istilah dapat memperoleh keahlian, pengetahuan, dan sumbangan khusus yang lain, tidak hanya dalam istilah dari piagam pendidikan, umur, atau pengalaman kerja.
Jalur
karier realistik, dibandingkan jalur karier tradisional, adalah perlu untuk
counseling karyawan efektif. Kekurangan informasi seperti ini, karyawan hanya
menduga pada apa yang tersedia.
C. PERENCANAAN
KARIR
Cuningham
mengatakan bahwa perencanaan adalah menyeleksi dan menggabungkan pengetahuan,
fakta, imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang
diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan
dalam penyelesaian.
Jadi
perencanaan karir dapat diartikan sebagai pola pengalaman berdasarkan pekerjaan
yang merentang sepanjang perjalanan pekerjaan yang dialami oleh setiap
individu/pegawai dan secara luas dapat dirinci ke dalam obyective events
yang dapat dijadikan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang
diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima dan digunakan
dalam penyelesaian, atau dalam arti yang lebih ringkas perencanaan karir
merupakan proses di mana sesorang menyeleksi tujuan karir dan arus karir untuk
mencapai tujuan tersebut.
Sementara
itu, beberapa konsep dasar perencanaan karir menurut Umar adalah sebagai
berikut :
- Karir sebagai suatu urutan promosi atau transfer ke jabatan yang lebih besar tanggung jawabnya atau ke lokasi-lokasi yang lebih baik selama kehidupan kerja seseorang.
- Karir sebagai petunjuk pekerjaan yang membentuk suatu pola kemajuan yang sistematik dan jelas (membentuk satu jalur karir).
- Karir sebagai sejarah pekerjaan seseorang atau serangkaian posisi yang dipegangnya selama kehidupan kerja.
Dalam
perencanaan karir ada lima syarat utama yang harus dipenuhi agar proses
perencanaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kelima syarat tersebut
adalah :
a.
Dialog
Dalam hal ini pegawai perlu diajak
dialog untuk merencanakan karirnya.
b.
Bimbingan
Organisasi harus memberikan
bimbingan kepada pegawainya agar bisa meniti karir dengan baik, karena tidak
semua pegawai memahami jalur karir.
c.
Keterlibatan Individual
Dalam perencanaan larir harus
melibatkan individu pegawai, mereka hendaknya diberi kesempatan untuk berbicara
dan memberi masukan. Hal ini sama dengan syarat pertama yakni dialog.
d.
Umpan Balik
Proses
pemberian umpan balik akan terjadi jika ada dialog.
e.
Mekanisme perencanaan karir
Yang dimaksud
umpan balik di sini adalah tata cara atau prosedur yang ditetapkan agar proses
perencanaan karir dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Pada dasarnya
perencanaan karir terdiri atas 2 (dua) elemen utama yaitu:
1)
Perencanaan Karir Individual (Individual
Career Planning)
Perencanaan
karir individual terfokus pada individu yang meliputi latihan diagnostic, dan
prosedur untuk membantu individu tersebut menentukan “siapa saya” dari segi
potensi dan kemampuannya.
Perencanaan karir individual
meliputi :
a)
Penilaian diri untuk menentukan
kekuatan, kelemahan, tujuan, aspirasi, preferensi, kebutuhan, ataupunjangka
karirnya (career anchor)
b)
Penilaian pasar tenaga kerja untuk
menentukan tipe kesempatan yang tersedia baik di dalam maupun di luar
organisasi
c)
Penyusunan tujuan karir berdasarkan
evaluasi diri
d)
Pencocokan kesempatan terhadap
kebutuhan dan tujuan serta pengembangan strategi karir
e)
Perencanaan transisi karir.
2)
Perencanaan Karir Organisasional (Organizational
Career Planning)
Perencanaan karir organisasional
mengintegrasikan kebutuhan SDM dan sejumlah aktivitas karir dengan lebih
menitikberatkan pada jenjang atau jalur karir (career path).
Tujuan program perencanaan karir
organisasional adalah :
a)
Pengembangan yang lebih efektif
tenaga berbakat yang tersedia.
b)
Kesempatan penilaian diri bagi
karyawan untuk memikirikan jalur-jalur karir tradisional atau jalur karir yang
baru.
c)
Pengembangan sumber daya manusia
yang lebih efisien di dalam dan di antara divisi dan/atau lokasi geografis
d)
Kepuasan kebutuhan pengembangan
pribadi karyawan
e)
Peningkatan kinerja melalui
pengalaman on the job training yang diberikan oleh perpindahan
karir vertical dan horizontal
f)
Meningkatkan loyalitas dan motivasi
karyawan yang dapat menyebabkan berkurangnya perputaran karyawan
g) Suatu
metode penentuan kebutuhan pelatihan dan pengembangan.
Sebuah
pendapat bijak mengatakan bahwa arah hidup kita sangat ditentukan oleh tiga
keputusan penting yang pernah kita buat. Pertama keputusan untuk memiliki
bidang pendidikan yang akan kita tempuh. Kedua keputusan untuk memilih pasangan
hidup kita dan ketiga keputusan untuk memilih karir (dalam arti sempit sering
diartikan memilih bidang pekerjaan).
Ketiga hal
tersebut sebelum diputuskan perlu direncaanakan sebelumnya untuk memilih apa
yang terbaik dan apa yang harus dilakukan. Khususnya dalam pembahasan ini akan
diulas masalah Perencanaan Karir. Merencanakan karir secara baik akan
menentukan kita dalam meraih tujuan karir yang sesuai dengan harapan dan
memberikan kontribusi dalam kesuksesan hidup.
Karir
sesungguhnya bukan sesuatu yang kita dapatkan, namun karir adalah sesuatu yang
harus diciptakan dan sebelumnya harus dirancang. Dalam pengertian ini karir itu
sangat perlu dirancang, dengan perkataan lain sangat perlu direncanakan.
Sarah Berry
seorang konsultan karir mengatakan bahwa merencanakan karir itu bagaikan kita
melihat melalui telescope, melihat sesuatu yang jauh kemudian berusaha
meneropongnya dan mengendalikannya untuk terlihat lebih dekat. Jadi perencanaan
karir dapat dikatakan sebagai suatu kemampuan untuk melihat masa depan,
memvisualisasikannya sedemikian rupa untuk menetapkan apa yang kita inginkan
dan ingin kita capai dimasa depan.
Jadi karir
lebih dari sekedar rangkaian suatu pekerjaan atau jabatan. Karir sesuatu yang
menyangkut masa depan dalam perspektif jangka panjang yang harus direncanakan
sejak jauh-jauh hari, merencanakan kemana kita ingin melangkah dan apa yang
ingin kita capai. Lloyd L. Byars dan Leslie W. Rue menyebutkan bahwa
perencanaan karir adalah “process by
which an individual formulates career goals and develops a plan for reaching
those goals.” Mereka membedakannya dengan apa yang disebut pengembangan
karir yaitu “an ongoing, formalized
effort by an organization that focuses on developing and enriching the
organization’s human resources in light of both the employees’ and the
organization’s need.”
Hal penting
yang perlu kita kutip dari pemahaman tersebut adalah perencanaan karir
merupakan otoritas individu sedangkan pengembangan karir merupakan otoritas
organisasi dengan mempertimbangkan secara bersama-sama kebutuhan karyawan dan
kebutuhan organisasi.
Jadi
sesungguhnya perencanaan karir berdimensi lebih luas dibandingkan dengan
pengembangan karir. Perencanaan karir sangat berkaitan dengan perencanaan
jangka panjang karyawan itu sendiri yang tidak dibatasi dalam suatu organisasi
tertentu. Pengembangan karir dibatasi oleh kebutuhan dan kepentingan
organisasi. Sangat mungkin perencanaan karir seseorang melampaui pengembangan
karir yang mampu dilakukan oleh organisasi. Idealnya perencanaan karir sejalan
dengan pengembangan karir. Namun, tidak dapat dipungkiri kadang kala kedua hal
tersebut saling bertolak belakang. Dalam kondisi ini manakala pengembangan
karir tidak sejalan dengan perencanaan karir, individu berhak mengambil
keputusan apakah tetap “stay” dalam organisasi atau “exit.”
Beberapa
pakar SDM mengemukakan pentingnya perencanaan karir, sebagai berikut:
Menurut Mondy,
melalui perencanaan karir, setiap individu mengevaluasi kemampuan dan minatnya
sendiri, mempertimbangkan kesempatan karir alternatif, menyusun tujuan karir,
dan merencanakan aktivitas-aktivitas pengembangan praktis. Fokus utama dalam
perencanaan karir haruslah sesuai antara tujuan pribadi dan
kesempatan-kesempatan yang secara realistis tersedia.
Pada dasarnya
perencanaan karir terdiri atas dua elemen utama yaitu perencanaan karir
individual (individual career planning) dan perencanaan karir organisasional
(organizational career planning). Perencanaan karir individual dan
organisasional tidaklah dapat dipisahkan. Seorang karyawan yang rencana karir
individualnya tidak dapat terpenuhi di dalam organisasi, cepat atau lambat
karyawan tersebut akan meninggalkan perusahaan. Oleh karena itu, organisasi
juga perlu menciptakan perencanaan karir bagi karyawannya sehingga organisasi
dapat berkembang dan karyawanpun terpenuhi pengembangan karirnya.
Dan untuk
merencanakan karir secara baik ada beberapa faktor penting yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1)
Motivasi sangat terkait dengan
tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang realistis namun sekaligus menantang akan
menimbulkan motivasi untuk meraihnya. Tujuan yang sangat muluk-muluk tanpa
memperhatikan kewajarannya dapat melemahkan motivasi bahkan menimbulkan putus
asa mengingat kesulitan untuk mencapainya dan terasa musykil. Jadi untuk
membangun motivasi dalam perencanaan karir buatlah tujuan karir yang menantang
sekaligus realistis.
2)
Kompetensi meliputi seluruh aspek
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki. Jika ingin meniti
karir dalam bidang tertentu, katakanlah dalam bidang pemasaran, anda harus
meningkatkan pengetahuan anda tentang pemasaran, meningkatkan keterampilan
pemasaran dan bersikap bagaikan seorang marketer.
3)
Keberhasilan pencapaian perencanaan
karir ditentukan pula oleh jejaring yang kita miliki. Sejauh mana orang lain
mengenal diri kita, sejauh mana orang lain mengenal kemampuan kita. Jejaring
juga akan membuka akses, memberikan peluang bagi kita untuk lebih meningkatkan
pencapaian karir. Tentu hal ini tetap harus berlandaskan motivasi dan
kompetensi.
4)
Peluang adalah faktor yang relatif
”uncontrollabel,” diluar kendali kita. Namun, kita dituntut jeli melihatnya,
sering disebut peluang jarang berulang dua kali, begitu diperoleh kita harus
jeli melihatnya dan segera menangkap apabila hal tersebut selaras dengan
perencanaan karir yang telah dibuat.
5)
Berikutnya adalah konsistensi dan
feksibilitas. Sengaja kedua hal ini penulis satukan, mengingat disatu sisi hal
ini sesungguhnya tidak saling terpisahkan namun disisi lain kita pun harus jeli
kapan harus tetap konsisten dan kapan bisa fleksibel. Menurut penulis kita
harus tetap konsisten jika menyangkut nilai dasar kita dalam merencanakan
karir, nilai adalah prinsip dan harus ditegakkan secara konsisten. Selain itu
untuk tujuan yang bersifat jangka panjang kita pun harus konsisten. Namun, kita
bisa fleksibel apabila hal itu lebih bersifat teknis, operasional dan bersifat
”temporary” atau berjangka pendek. Jika menyangkut kompetensi anda harus
konsisten dengan ”core competency” yang dimiliki, namun dapat lebih fleksibel
untuk ”functional competency” atau ”specific competency.”
D. MANFAAT
PERENCANAAN KARIR
Berikut adalah manfaat dari
perencanaan karir :
1.
Menurunkan tingkat perputaran
karyawan (turnover), dimana perhatian terhadap karir individual dalam
perencanaan karir yang telah ditetapkan akan dapat meningkatkan loyalitas pada
perusahaan di mana mnereka bekerja, sehingga akan memungkinkan menurunkan
tingkat perputaran karyawan.
2.
Mendorong pertumbuhan, dimana
perencanaan karir yang baik akan dapat mendorong semangat kerja karyawan untuk
tumbuh dan berkembang. Dengan demikian motivasi karyawan dapat terpelihara.
3.
Memenuhi kebutuhan-kebutuhan
organisasi akan sumber daya manusia di masa yang akan datang.
4.
Memberikan informasi kepada
organisasi dan individu yang lebih baik mengenai jalur potensial karir di dalam
suatu organisasi.
5.
Mengembangkan pegawai yang dapat
dipromosikan, perencanaan karir membantu membangun penawaran internal atas
talenta yang dapat dipromosikan untuk mempertemukan dengan lowongan yang
disebabkan oleh masa pension, berhenti bekerja dan pengembangan.
6.
Menyediakan fasilitas bagi
penempatan internasional, organisasi global menggunakan perencanaan karir untuk
membantu mengidentifikasikan dan mempersiapkan penempatan di luar negeri.
7.
Membantu menciptakan keanekaragaman
angkatan kerja, ketika mereka diberikan bantuan perencanaan karir, pekerja
dengan latar belakang berbeda dapat belajar tentang harapan-harapan organisasi
untuk pertumbuhan sendiri dan pengembangan.
8.
Membuka jalan bagi karyawan yang
potensial, perencanaan karir memberikan keberanian kepada karyawan untuk
melangkah maju kemampuan potensial mereka karena mereka mempunyai tujuan karir
yang spesifik, tidak hanya mempersiapkan pekerja untuk lowongan di masa depan.
9.
Mengurangi kelebihan, perencanaan
karir menyebabkan karyawan, manajer dan departemen sumber daya manusia menjadi
berhati-hati atas kualifikasi karyawan, mencegah manajer yang mau menang
sendiri dari pembatasan sub-ordinate kunci.
10. Membantu
pelaksanaan rencana-rencana kegiatan yang telah disetujui, perencanaan karir
dapat membantu anggota kelompok agar siap untuk jabatan-jabatan penting,
persiapan ini akan membantu pencapaian rencana-rencana kegiatan yang telah
disetujui.
E. PERAN
DAN FUNGSI DEPARTEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Setiap
perusahaan/organisasi harus melakukan pembenahan secara internal untuk dapat
bersaing dalam persaingan saat ini. Agar hal tersebut dapat terlaksana,
diperlukan sumber daya manusia yang andal. Sumber daya manusia yang andal hanya
diperoleh dengan perencanaan sumber daya manusia yang baik dan akurat. Artinya,
sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan/organisasi dan
memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Perencanaan
sumber daya manusia diperlukan untuk mendapatkan tenaga kerja yang andal dan
untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam menyikapi persaingan yang terjadi.
Perencanaan
sumber daya manusia dalam suatu perusahaan/organisasi merupakan peran yang
harus dijalankan sehingga sebagai bagian suatu perusahaan, departemen sumber
daya manusia memiliki fungsi “sebagai pemain kunci dalam menolong
perusahaan-perusahaan mencapai tujuan-tujuan strategis.
Dengan
demikian, tugas utama departemen sumber daya manusia adalah menyediakan tenaga
kerja yang dapat memberikan efek timbal balik, yakni memberikan rasa puas bagi
perusahaan dan memberikan rasa puas pekerja terhadap perusahaan. Rasa puas
pekerja atau karyawan terhadap perusahaan/organisasi berupa hal-hal yang
telah diberikan perusahaan/organisasi kepada pekerja, misalnya asuransi
kesehatan bagi karyawan, persentase bonus, kenaikan gaji secara berkala, premi
hadir, atau beasiswa bagi keluarga karyawan.
Setiap
departemen dalam suatu perusahaan/organisasi memiliki fungsi masing-masing.
Fungsi ini diperlukan agar perusahaan/organisasi dapat berjalan ke arah yang
sesuai dengan yang direncanakan sehingga tujuan perusahaan/organisasi dapat
tercapai. Fungsi-fungsi yang dimiliki oleh departemen sumber daya manusia
sebagai berikut:
1.
Fungsi lini
Dalam
menjalankan fungsi ini, departemen sumber daya manusia mengarahkan aktivitas
perusahaan dalam departemennya sendiri dan area pelayanan terkait.
2.
Fungsi koordinatif
Fungsi ini
dilakukan oleh departemen sumber daya manusia dengan mengordinasikan aktivitas
personalia, kewajiban yang sering dianggap sebagai kontrol fungsional. Disini
manajer dan departemen SDM bertindak sebagai “tangan kanan dari eksekutif
puncak”alam suatu perusahaan.
3.
Fungsi staf
Fungsi ini
dijalankan oleh departemen sumber daya manusia dengan membantu dalam
memperkerjakan, melatih, mengevaluasi, memberikan penghargaan, konseling,
mempromosikan dan memberhentikan karyawan. Selain itu, juga memberikan beragam
program keuntungan bagi karyawan, seperti asuransi kecelakaan, asuransi
kesehatan, pensiun, liburan, dan sebagainya.
Jika ketiga
fungsi ini dijalankan dengan baik, akan terjalin hubungan kerja sama yang
serasi yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Fungsi lain dari departemen sumber daya manusia adalah
sebagai berikut:
- Fungsi perumus strategi, tujuan, kebijakan, dan prosedur
Strategi
adalah kerangka acuan yang terintegrasi dan komprehensif yang mengarahkan
pilihan yang menentukan bentuk dan arah beragam aktivitas organisasi menuju
pencapaian tujuannya. Strategi sumber daya manusia adalah pola atau rencana
yang mengintegrasikan tujuan pokok, kebijakan dan prosedur ke dalam rencana
keseluruhan yang kohesif.
2. Fungsi
tujuan dari sumber daya manusia adalah dalam rangka membantu organisasi
mencapai tujuannya sehingga manajemen sumber daya manusia perlu membuat
pernyataan spesifik.
3. Fungsi
kebijakan merupakan tanggung jawab untuk mengusulkan dan merancang kebijakan
baru, merevisi kebijakan yang ada untuk menanggulangi permasalahan yang selalu
timbul, dan menangkal masalah yang kemungkinan akan muncul.
4. Fungsi
prosedur atau peraturan adalah arah spesifik dari tindakan. Prosedur
memberitahu kepada manajer bagaimana melakukan aktivitas tertentu. Di dalam
perusahaan/organisasi besar, prosedur dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam buku
manual, biasanya disebut dengan prosedur operasi baku.
5. Fungsi
pemberi saran
Dalam fungsi konsultasi, spesialis
sumber daya manusia dipandang sebagai konsultan internal yang mengumpulkan
informasi, mendiagnosis masalah, menentukan solusi, serta menawarkan bantuan
dan bimbingan dalam memecahkan masalah sumber daya manusia. Departemen sumber
daya manusia bertanggung jawab dalam menyodorkan saran mengenai pennyusunan
pegawai, evaluasi kinerja, program pelatihan dan desain ulang pekerjaan.
6. Fungsi
pemberi jasa atau layanan
Departemen sumber daya manusia
merupakan departemen layanan yang tugasnya membantu karyawan, manajemen, dan
organisasi. Departemen sumber daya manusia secara luas dapat dikatakan sebagai
bentuk layanan.
7. Fungsi
pelaksana pengendalian
Departemen sumber daya manusia
memantau kinerja departemen lini dan departemen staf yang lain guna memastikan
bahwa departemen tersebut mematuhi kebijakan, prosedur, dan praktek sumber daya
manusia yang telah digariskan. Karenanya dapat dikatakan bahwa departemen
sumber daya manusia merupakan departemen yang berhubungan dengan depatemen
lainnya dalam menjalankan aktivitasnya.
F. MASALAH
DAN KENDALA
Setiap
pekerja yang bekerja di suatu perusahaan/organisasi mempunyai tujuan. Demikian
pula degan guru. Ada beberapa tujuan yang sekaligus memunculkan masalah yaitu:
1.
Penghasilan
Penghasilan
atau uang merupakan sarana untuk menunjang kehidupan, misalnya untuk memberikan
nafkah bagi keluarga, membeli rumah, mobil, menyekolahkan anak. Uang dapat juga
dipergunakan sebagai modal bagi karyawan untuk memulai usaha sendiri. Hampir
rata-rata karyawan mempunyai pikiran untuk memiliki usaha sendiri dan tidak
menjadi pekerja bagi orang lain.
Masalahnya,
hingga hari ini, penghasilan guru belum sebanding dengan tugas dan tanggung
jawab yang di embankan kepadanya. Semua ini berakibat guru harus mencari
penhasilan sampingan hingga berakibat kurang berkonsentrasi penuh dalam
melaksanakan tugasnya.
2.
Karir
Karyawan yang
memikirkan karir dalam pekerjaannya cenderung ingin atau berambisi mencapai
posisi tertinggi dalam suatu organisasi, memilih karirnya secara professional
dan tidak mempunyai pemikiran untuk memulai usaha sendiri. Hal ini dapat
disebabkan oleh pemikiran bahwa bekerja dengan orang lain lebih terjamin karena
menerima upah setiap bulannya.
Masalahnya,
sangat sedikit peluang untuk berkarir disebabkan karena masih adanya management
sekolah yang memandang pelatihan untuk pengembangan karir sebagai pemborosan
dan penghabur-hamburan uang belaka. Padahal pelatihan merupakan syarat
mutlak bagi perkembangan organisasi, khususnya untuk meningkatkan kinerja
karyawan. Biaya yang dikeluarkan untuk program pelatihan pada akhirnya akan
diganti dengan kinerja yang meningkat secara signifikan. Biaya yang dikeluarkan
untuk sepuluh orang peserta pelatihan jauh lebih kecil dibanding ongkos yang
dikeluarkan organisasi untuk membayar satu orang yang tidak terampil karena
tidak ikut pelatihan. Karyawan yang tidak terampil, selain akan memboroskan
waktu, biaya juga melemahkan citra organisasi. Karyawan yang tidak terampil
susah diajak bekerja dalam target. Idealnya pelatihan itu diadakan secara rutin
karena semakin banyak pelatihan akan membuat karyawan semakin terlatih. Hal ini
juga untuk mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi.
3.
Pengalaman kerja
Banyak kita
temukan di sebuah perusahaan/organisasi karyawan datang dan pergi silih
berganti. Karyawan yang bekerja sekedar mencari pengalaman kerja, pada umumnya
tidak bekerja lama di suatu perusahaan/organisasi. Perusahaan/organisasi tempatnya
bekerja hanya dijadikan sebagai batu loncatan untuk pindah ke
perusahaan/organisasi berikutnya. Karyawan seperti ini biasanya bekerja hanya
untuk menambah dan mengasah kemampuan yang sudah dimiliki sehingga memiliki
nilai jual yang tinggi pada saat akan mengajukan lamaran ke
perusahaan/organisasi lain yang memberikan tawaran yang lebih baik.
Bisa
dibayangkan betapa repotnya jika ini terjadi pada lembaga pendidikan. Setiap
tahun ajaran baru siswa berhadapan dengan guru baru dimana hal ini memerlukan
adaptasi khusus baik bagi murid maupun guru yang bersangkutan.
Terhadap hal
ini sudah sepantasnya departemen sumber daya manusia menyikapinya agar
tingginya tingkat pergantian tenaga kerja setiap tahun dapat diantisipasi.
Dengan demikian, departemen sumber daya manusia merancang suatu program di
bidang sumber daya manusia yang dapat memberikan kenyamanan bagi karyawan
sehingga karyawan yang bekerja merasa puas terhadap perusahaan/organisasi, yang
tentunya berpengaruh pada tingkat loyalitas karyawan terhadap perusahaan/organisasi.
Seringkali
karyawan mengundurkan diri tidak disebabkan gaji yang diterimanya, tetapi
karena ketidaknyamanan karyawan tersebut dalam bekerja. Misalnya, tidak
terdapat pembagian tugas yang jelas sehingga terjadi tumpang tindih. Ketidaknyamanan
tersebut dapat disebabkan tidak adanya kewenangan yang jelas serta sikap dan
tindakan pimpinan yang tidak mencerminkan sikap seorang pimpinan.
Departemen
sumber daya manusia juga harus dapat membina dan mengasah mental dari karyawan
yang bekerja di suatu perusahaan/organisasi.
4.
Rendahnya komunikasi
Rendahnya
komunikasi dengan pimpinan mungkin disebabkan karena rasa segan bawahan
terhadap atasan atau bisa juga disebabkan kesibukan masing-masing, sehingga
sulit untuk mempertemukan kedua belah pihak. Akan berbeda jika pihak departemen
sumber daya manusia mengantisipasi dengan program-program yang dapat
menjembatani kedua belah pihak, sehingga bila terjadi masalah dapat segera
dikomunikasikan.
Komunikasi
begitu penting bagi manusia karena tanpa komunikasi kehidupan tidak akan punya
arti. Peranan komunikasi yang efektif, merupakan persyaratan bagi pencapaian
tujuan-tujuan organisasi, disamping salah satu masalah terbesar yang dihadapi
oleh manajemen modern.
Komunikasi
adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan
mengembangkan semua lambang pikiran bersama-sama dengan sarana untuk
menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap
dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, telegraf, telepon,
telegraf, telepon dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasai
ruang dan waktu. (Cooley, 1988:20)
Ada baiknya
kita perhatikan pendapat Robbins (1991:23) beberapa hambatan komunikasi sebagai
berikut:
Ø
Penyaringan (filter)
Yaitu komunikasi
yang dimanipulasikan oleh pengirim sehingga nampak lebih bersifat menyenangkan
si penerima. Informasinya dijadikan dasar pengambilan keputusan, maka keputusan
yang kelak akan dihasilkan berkualitas rendah dan salah.
Ø
Persepsi selektif bagi komunikasi
yang efektif.
Pengalaman,
pendidikan, pengetahuan dan budaya akan ikut menentukan dalam menafsirkan
pesan-pesan. Oleh karenanya persepsi yang demikian ini dapat menjadi
penghambat.
Ø
Perasaan
Perasaan
penerima pada saat menerima pesan komunikasi akan mempengaruhi cara seseorang
menginterpretasikan pesan.
Ø
Bahasa
Kata-kata
memiliki makna yang berbeda-beda antara seseorang dengan yang lain. Umur,
pendidikan, lingkungan kerja dan budaya adalah hal-hal yang secara nyata dapat
mempengaruhi bahasa yang dipakai oleh seseorang, atau definisi yang dilekatkan
pada suatu kata.
Ø
Mengajar tidak sesuai dengan
background pendidikan
Pada dasarnya
guru dituntut untuk professional dalam bidang studi yang diajarkan. Guru yang
professional akan terlihat dari keahliannya, baik dalam menguasai materi maupun
penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi.
Namun karena
tuntutan beban mengajar guru wajib 24 jam, maka guru-guru yang beban
mengajarnya kurang dari 24 jam dapat ditugaskan untuk mengajar bidang studi
lain yang bukan merupakan bidang studi keahliannya. Misalnya ada guru bidang
studi bahasa indonesia juga merangkap mengajar Pkn dan IPS. Akibatnya guru
harus belajar ekstra untuk mempersiapkan materi dan menguasainya. Jika hal ini
tidak dilakukan dengan sepenuh hati berakibat ilmu yang ditransfer ke murid
tidak tetanam dengan kuat.
G. PENGEMBANGAN
KARIR
Pengertian
pengembangan karir itu sendiri adalah proses pelaksanaan (implementasi)
perencanaan karir. Pengembangan karir pegawai bisa dilakukan melalui dua jalur,
yakni melalui pendidikan dan latihan (diklat) dan melalui non diklat.
Contoh
pengembangan karir melaui diklat misalnya menyekolahkan pegawai (di dalam atau
di luar negeri), memberi pelatihan (di dalam atau di laur organisasi), memberi
pelatihan sambil bekerja (on the job training).
Sementara
contoh pengembangan karir melalui non diklat seperti memberi penghargaan kepada
pegawai berprestasi, mempromosikan ke jabatan yang lebih tinggi, menghukum
pegawai, merotasi pegawai ke jabatan lain yang setara dengan jabatan semula
H. MODEL
PENGEMBANGAN KARIR
Menurut Byars dan Rue (2000), pengembangan karir merupakan
aktivitas formal dan berkelanjutan yang merupakan suatu upaya organisasi untuk
mengembangkan dan memperkaya sumberdaya manusianya dengan menyelaraskan kebutuhan
mereka dengan kebutuhan organisasi. Dari perkembangan konsep ini, maka kita
mengenal tiga model pengembangan karir, yaitu:
- Model siklus hidup (life-cycle model), merupakan pengembangan karir yang sifatnya pasti. Seseorang akan berpindah pekerjaannya melalui perbedaan tahap karir. Dalam model ini peran organisasi sangat besar dalam menentukan karir seseorang.
- Model berbasis organisasi, yaitu model pengembangan yang menjelaskan bahwa karir seseorang akan melalui tahap-tahap karir, tetapi di dalam model ini juga dijelaskan bahwa dalam proses pengembangan karir ada proses pembelajaran bagi karyawan untuk memiliki jalur karir yang pasti.
- Model pola terarah
Dalam model
ini karyawan dibimbing atau diarahkan untuk membuat keputusan sendiri mengenai
seberapa cepat mereka menginginkan kemajuan dalam karir mereka.
Ketiga
model tersebut berkaitan erat dengan tipe manajemen sebuah organisasi maupun
perusahaan. Tiap organisasi memiliki bentuk/system pengembangan karir yang
berbeda-beda tergantung kebijakan manajer maupun pimpinan organisasi.
I. Peran
Pengembangan Karir
Dalam
proses pengembangan karir individu (karyawan) dalam organisasi, ada 3 hubungan
saling terkait antara individu, manajer, maupun organisasi. Ketiga-tiganya
memiliki peran masing-masing. Gary Dessler menjelaskan peran ketiganya dalam
pengembangan karir sebagai berikut:
a)
Peran Individu
à
Terimalah tanggung jawab untuk karir
Anda sendiri.
à
Taksirlah minat, keterampilan, dan
nilai anda.
à
Carilah informasi dan rencana karir.
à
Bangunlah tujuan dan rencana karir.
à
Manfaatkanlah peluang pengembangan.
à
Berbicaralah dengan manajer Anda
tentang karir Anda.
à
Ikutilah seluruh rencana karir yang
realistic.
b)
Peran Manajer
à
Berikanlah umpan balik kinerja yang
tepat waktu.
à
Berikan dukungan dan penilaian
pengembangan.
à
Berpartisipasilah dalam diskusi
pengembangan karir.
à
Dukunglah rencana pengembangan
karir.
c)
Peran Organisasi
à
Komunikasi misi, kebijakan, dan
prosedur.
à
Berikan peluang pelatihan dan
pengembangan.
à
Berikan informasi karir dan program
karir.
à
Tawarkan satu keanekaragaman pilihan
karir.
Jadi,
pengembangan karir seorang individu sangat terpengaruh dari 3 peran tersebut.
Ketiga-tiga harus saling mendukung dalam pengembangan karir. Dalam peran
seorang manajer, Gary Dessler menjelaskan lebih lanjut, bahwa ada 4 peran bagi
manajer dalam pengembangan karir karyawan, yaitu:
Pelatih
|
Penilai
|
Penasehat
|
Agen Rujukan
|
|
Dari
peran tersebut, nampak bahwa seorang manajer sangat berperan dalam pengembangan
karir individu di sebuah organisasi. Manajer yang baik seharusnya mendukung
penuh kinerja karyawan dan proaktif untuk membantu karyawan dalam mengembangkan
karir.
J. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN KARIR
Di samping
peran individu, manajer, dan organisasi dalam pengembangan karir, ada pelbagai
faktor yang lebih spesifik yang mempengaruhi pengembangan karir. Hasto Joko Nur
Utomo dan Meilan Sugiarto memberikan contoh 9 faktor yang berpengaruh terhadap
pengembangan karir individu di suatu organisasi, yaitu :
- Hubungan pegawai dan organisasi
Secara
ideal, hubungan pegawai dan organisasi berada dalam hubungan yang saling
menguntungkan, sehingga pada saat yang demikian organisasi dapat mencapai
produktifitas kerja yang lebih tinggi. Namun kadang kala ada berbagai macam kendala
yang dihadapi di lapangan.
- Personalia Pegawai
Terkadang,
dalam mmanajemen karir pegawai terganggu dengan adanya pegawai yang mempunyai
personalitas yang menyimpang, seperti terlau apatis, emosional, ambisius,
curang, dan lain-lain. Seorang
pegawai yang apatis akan sulit dibina karirnya sebab dirinya sendiri tidak
perduli dengan karirnya sendiri.
- Faktor Eksternal
Acapkali
terjadi semua aturan dalam manajemen karir sebuah organisasi menjadi kacau
lantaran ada intervensi dari pihak luar.
- Politicking dalam organisasi
Perencanaan
karir akan menjadi sekedar basa- basi ketika ada virus politicking
seperti hubungan antar teman, nepotisme, feodalisme, dan lain sebagainya.
- Sistem Penghargaan
Organisasi
yang tidak mempunyai sistem penghargaan yang jelas (selain gaji dan insentif)
akan cenderung memperlakukan pegawainya secara subyektif. Pegawai yang
berprestasi baik dianggap sama dengan pegawai yang malas.
- Jumlah Pegawai
Semakin
banyak jumlah pegawai maka semakin ketat persaingan untuk menduduki
jabatan, demikian pula sebaliknya. Jumlah pegawai yang dimilki sebuah
organisasi sangat mempengaruhi manajemen karir yang ada.
- Ukuran Organisasi
Ukuran
organisasi dalam konteks ini berhubungan dengan jumlah jabatan yang ada dalam
organisasi tersebut, semakin besar organisasi, semakin kompleks urusan
manajemen karir pegawai. Namun, kesempatan untuk promosi dan rotasi pegawai
juga lebih banyak.
- Kultur Organisasi
Sebagaimana
masyarakat pada umumnya, organisasi juga mempunyai kultur. Ada organisasi yang
berkultur profesional, obyektif, rasional dan demokratik. Namun ada juga
organisasi yang cenderung feodalistik, rasional dan demokratis. Dan kultur ini
sedikit banyak akan mempengaruhi pengembangan karir yang ada dalam organisasi
tersebut.
- Tipe Manajemen
Ada
pelbagai tipe manajemen di sebuah organisasi. Ada manajemen yang lebih
cenderung kaku, otoriter, tersentralisir, tertutup, tidak demokratis. Ada juga
manajemen yang cenderung fleksibel, paritsipatif, terbuka, dan demokratis. Jika
manajemen kaku dan tertutup, maka keterlibatan pegawai dalam pembinaan karirnya
sendiri cenderung minimal. Sebaliknya, jika manajemen cenderung terbuka,
partisipatif, dan demokratis, maka keterlibatan pegawai dalam pembinaan karir
mereka juga cenderung besar.
K. Cara
Membangun Sistem Pengembangan Karir
Dalam mengembangkan sebuah karir, pihak manajemen organisasi
harus memiliki sebuah sistem pengembangan karir. Ini bertujuan untuk mengelola
pengembangan karir karyawan yang obyektif dan efektif. 9 faktor yang
mempengaruhi pengembangan karir di atas, merupakan contoh konkrit di mana ada
faktor internal dan eksternal yang menghambat pengembangan karir individu.
Karena itu, organisasi harus memiliki sistem pengembangan karir yang baik.
Irwan
Rei, seorang Managing Director Multi Talent Indonesia menjelaskan
bagaimana membangun sistem pengembangan karir di dalam organisasi:
- Tentukan dulu filosofi perusahaan mengenai bagaimana seorang karyawan dapat mengembangkan karirnya di perusahaan, misalnya:
a.
Apakah dasar atau kriteria bagi
karyawan untuk naik jabatan (pergerakan vertikal) maupun pindah bagian
(pergerakan horisontal) di dalam perusahaan? Kriteria ini bisa beragam,
misalnya prestasi kerja karyawan selama beberapa tahun terakhir, seberapa jauh karyawan
memenuhi kebutuhan kompetensi dan kualifikasi (sertifikasi, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja) dari posisi tujuan, tersedianya (kosongnya) posisi tujuan,
kesamaan jenis usaha dan lain-lain.
b.
Tentukan apakah perpindahan bagian
dapat dilakukan pada setiap tingkatan jabatan atau dibatasi, misalnya, hanya
pada tingkat karyawan pemula/junior dan tingkat manajemen saja? Berapa kali
seorang pegawai dapat pindah bagian? Beberapa organisasi membatasi pergerakan
antar bagian hanya terjadi pada tingkat awal dan senior, sementara yang lain
tidak membatasi.
Dalam konteks perusahaan yang banyak
ragam kegiatan usahanya seperti di atas, tentukan dulu sejauh mana perusahaan
ingin memberikan ruang-gerak bagi karyawan dalam membangun karirnya di dalam
organisasi. Bila sangat bebas terbuka, berarti perusahaan perlu membangun
karyawan ‘generalists’, yang memiliki kompetensi untuk bekerja pada berbagai
ragam kegiatan usaha. Sementara bila dibatasi, berarti perusahaan cenderung
akan fokus membangun karyawan yang fokus pada bidang usahanya. Atau kombinasi
di antara keduanya?
Pilihan
model yang ada akan memberikan implikasi pada fleksibilitas karyawan dalam
membangun karirnya, perencanaan tenaga-kerja maupun investasi perusahaan di
dalam mengembangkan kemampuan karyawannya.
2. Bangun
peta pergerakan atau pengembangan karir jabatan-jabatan yang ada (career map)
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan pada langkah 1 tadi. Untuk
memberikan ruang lebih besar bagi karyawan dalam membangun karirnya di dalam
organisasi, beberapa organisasi membangun apa yang disebut dengan dual-career
atau multiple-career track(s), yaitu jalur karir manajerial (struktural)
dan jalur karir non-manajerial (spesialis).
Jalur
karir non-manajerial/spesialis dibangun untuk memfasilitasi pengembangan karir
bagi karyawan yang tidak tertarik menduduki jabatan manajerial — tidak semua
orang ingin menjadi manajer, ada yang bahagia menjadi spesialis di dalam
disiplin ilmu tertentu.
Karena membangun peta karir relatif membutuhkan waktu yang
tidak sedikit, fokuskan pembuatan career map pada posisi-posisi yang
relatif penting (kritikal) di dalam organisasi.
3. Bangun
SOP (standard operating procedure) termasuk alat-alat tes yang
diperlukan untuk membantu karyawan mengetahui bagaimana mereka dapat
mengembangkan karirnya di dalam organisasi. Langkah-langkah atau proses apa
yang harus dilalui? Misalnya, bagaimana seorang yang baru bekerja dapat menjadi
pemimpin divisi/departemen dalam beberapa tahun ke depan? Persyaratan maupun
tes-tes apakah yang harus dipenuhi dll. Bagaimana jika seorang pegawai
mendapatkan hasil penilaian kinerja yang memuaskan selama 3 tahun
berturut-turut? Kemana, kapan, bagaimana dan oleh siapa ia dapat dipromosikan?
4. Perbaiki
terus-menerus model yang telah dibangun berdasarkan hasil implementasinya di
lapangan dan kebutuhan organisasi, termasuk bila ada perubahan struktur dan
strategi perusahaan.
Karena
administrasi sistem pengembangan karir itu membutuhkan waktu yang tidak
sedikit, persiapkan infrastruktur/teknologi pendukung agar sistem dapat
diimplementasikan dengan efisien dan efektif.
Organisasi
yang memiliki sistem pengembangan karir yang bagus, akan memotivasi para
karyawan dalam membangun kinerja di organisasi atau perusahaan. Akan tetapi
sebaliknya, organisasi atau perusahaan yang tidak memiliki sistem pengembangan
karir yang bagus akan mempengaruhi pengembangan karir individu. Sebagaimana
yang dikatakan Gary Dessler, peran individu, manajer, dan organisasi sangat
berpengaruh dalam pengembangan karir. Ketika individu yang berprestasi tidak
didukung sistem organisasi yang baik dan manajer yang tidak mendukung, maka
karir individu tersebut tidak akan berubah lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Perencanaan dan Jalur
Karir. (Online), (http://mgt- sdm.blogspot.com/2010/12/perencanaan-dan-jalur- karier.html,
diakses pada hari Selasa, 19
November 2013 pukul 21.45 WIB).
Hastho, Joko Nur Utomo dan Meilan Sugiarto. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Ardana
Media.
Indah. 2011. Pengelolaan Karir
Karyawan. (Online), (http://indahsaa.blogspot.com/2011/08/pengelolaan-karir-karyawan_3200.html, diakses pada Selasa, 19 November 2013 pukul
21.00).