BISNIS KELUARGA
A. Pengertian Bisnis Keluarga
Dalam
terminologi bisnis, perusahaan keluarga terbagi menjadi dua macam. Pertama
adalah family owned enterprise (FOE), yaitu perusahaan yang dimiliki oleh
keluarga tetapi dikelola oleh profesional yang berasal dari luar lingkaran
keluarga. Keluarga hanya berperan sebagai pemilik dan tidak melibatkan diri
dalam operasi di lapangan. Perusahaan seperti ini merupakan bentuk lanjutan
dari usaha yang semula dikelola oleh keluarga yang mendirikannya.
Jenis
perusahaan keluarga yang kedua adalah family business enterprise (FBE), yaitu
perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga pendirinya. Perusahaan tipe
ini dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi kunci dalam perusahaan oleh
anggota keluarga. Jenis perusahan keluarga inilah yang banyak terdapat di
Indonesia.
Batasan
lain tentang perusahaan diberikan oleh John L. Ward dan Craig E. Arnoff.
Menurutnya, suatu perusahaan dinamakan perusahaan keluarga apabila terdiri dari
dua atau lebih anggota keluarga yang mengawasi keuangan perusahaan. Sedangkan
menurut Robert G. Donnelley dalam bukunya “The Fanily Business” suatu
organisasi dinamakan perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada
keterlibatan dua generasi dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi kebijakan
perusahaan.
B. Mekanisme
Bisnis
Keluarga
Dunia
bisnis dan dunia keluarga memang memiliki perbedaan yang amat curam. Jelas,
dalam sebuah keluarga kepentingan keluarga akan mengalahkan
kepentingan-kepentingan yang lain. Padahal, perusahaan menuntut sikap yang
profesional. Termasuk juga dalam masalah kompensasi atau pembagian keuntungan.
Perusahaan
profesional akan mendasarkan pemberian gaji pada nilai pasar dan riwayat kerja
(kinerja) seseorang. Sedangkan keluarga mendasarkan pemberian gaji pada
kebutuhan.
Di
sini terlihat betapa keluarga memiliki standar yang tidak jelas. Masalah terpenting dalam
keberlanjutan bisnis keluarga adalah masalah suksesi. Suksesi memang bukan
satu-satunya penentu kelanggengan bisnis keluarga. Tapi, mau tidak mau generasi
pendahulu harus memberikan tongkat estafet perusahaan kepada generasi
berikutnya. Suksesi tidak hanya berarti pata tingkat pimpinan dan managerial
saja, termasuk pada kebijakan-kebijakan perusahaan.
Terdapat
tujuh langkah dalam melakukan suksesi perusahaan keluarga: mengevaluasi
struktur kepemilikan; mengembangkan gambaran struktur yang diharapkan setelah
suksesi; Mengevaluasi keinginan keluarga; mengembangkan proses pemilihan,
melatih dan memonitoring penerus masa depan; Melakukan aktivitas team building
dari keluarga; Menciptakan dewan direksi yang efektif; Yang terakhir,
memasukkan penerus pada saat yang tepat, yaitu ketika pendiri berusia 50 tahun
dan penerus berusia 30 tahun.
C. Paradigma
Baru dalam
Menjalani Bisnis Keluarga
Dengan
adanya perubahan pasar dan persaingan, muncul lima paradigma baru dalam
lingkungan intern bisnis keluarga, diantara yaitu,
Pertama,
karyawan merupakan generasi baru yang berbeda dengan pendiri perusahaan. Yang
perlu diperhatikan oleh pengelola bisnis keluarga, karyawan yang memiliki
tingkat pendidikan tinggi (karyawan tingkat atas) mengharapkan adanya
transparasi. Dan, karyawan tingkat bawah memiliki keberanian untuk melakukan
tuntutan-tuntutan.
Paradigma
kedua, meningkatnya isu-isu yang berkaitan dengan perburuhan, pemogokan, dan
lain-lain.
Ketiga,
tingkat profesionalitas keluarga sudah mulai meningkat.
Keempat,
tuntutan adanya kompensasi yang adil dan sama (fair and equiptable
compensation) baik melalui sistem kompensasi yang dikaitkan dengan kompetisi,
kinerja, ataupun kontribusi.
Dan
yang kelima, yang terakhir, lebih transparannya sistem organisasi
D. Bentuk-bentuk
Bisnis
Keluarga
Efektif
atau tidaknya peran keluarga dalam perusahaan dapat dilihat dari ketiga bentuk
bisnis keluarga berikut. Karakter dari ketiga bentuk ini tidak sama. yaitu;
a.
Family owned
business (FOB). Pada bentuk FOB keluarga hanya sebagai shareholder, pengelolaan
perusahaan diserahkan kepada eksekutif profesional dari luar lingkungan
keluarga, dan saudara yang lain tidak ikut mengendalikan perusahaan.
b.
Family business
(FB). Pada FB, keluarga bertindak sebagai shareholder juga mengurus perusahaan
artinya perusahaan dimiliki dan dikelola oleh anggota keluarga pendiri.
c.
Business family
(BF). Bentuk perusahaan BF keluarga sebagai pemilik perusahaan cenderung
menekankan pada hubungan kekerabatan saja.
Dalam
membangun bisnis bersama keluarga atau pasangan terlebih dahulu harus jelas
mendefinisikan bentuk usaha keluarga tersebut, yaitu family business atau
business family.
Kedua
bentuk bisnis itu berbeda, FB lebih menekankan pada profesionalitas dari
keluarga yang mengoperasikan atau profesional yang bekerja di perusahaan itu.
Sedangkan BF, menekankan pada hubungan kekeluargaan. Walaupun bisnis dikelola
bersama keluarga, perusahaan tetap harus menerapkan prinsip good corporate
governance (tata kelola perusahaan yang baik).
Seiring
dengan tumbuh dan berkembangnya perusahaan, tidak jarang perusahaan keluarga
“berubah bentuk” dari FB menjadi FOB, misalnya: Salim Group, Lippo, Bakrie
Group, Ciputra, dan lain-lain. Apapun bentuk atau golongan bisnis keluarga yang
dipilih, keluarga harus mampu mengatasi sejumlah masalah yang sering timbul,
antara lain soal kepemimpinan, konflik, suksesi, transparansi, kompetisi dan
budaya perusahaan.
Motivasi orang untuk membuka bisnis
bersama keluarga bermacam-macam, ada yang menginginkan bisnis keluarga sebagai
sumber penghasilan utama, sementara yang lain hanya untuk sampingan, penyaluran
minat dan hobi saja, atau meneruskan usaha keluarga.
E. Manajemen
Usaha Keluarga
Kompleksitas
hubungan dalam perusahaan keluarga memerlukan manajemen yang terbuka, artinya
manajemen yang dikelola secara profesional. Manajemen yang baik diperlukan
untuk kesuksesan tiap bisnis. Praktek manajemen bisnis keluarga yang baik
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
à Merangsang
pemikiran dan pemahaman strategi bisnis yang baru
à Merekrut
dan mempertahankan manajer non keluarga yang baik
à Menciptakan
organisasi yang fleksibel dan inovatif
à Menciptakan
dan melindungi modal
à Menyiapkan
pengganti kepemimpinan (suksesi)
Salah
satu permasalahan umum yang dihadapi ketika perusahaan keluarga berkembang
adalah menentukan gaya bisnis apa yang sebaiknya diterapkan dalam manajemennya.
Ketika perusahaan masih dalam taraf kecil, manajemen keluarga masih dapat
digunakan. Tetapi makin besar perkembangan usahanya, gaya manajemen tentunya
harus berubah karena kemungkinan tidak lagi mampu jika hanya anggota keluarga
yang mengelola.
Ciri
negatif yang harus dihindari oleh perusahaan keluarga antara lain; kurang
formalitas, pemisahan urusan personal bisnis yang tidak jelas, serta
kepemimpinan ganda. Hubungan interpersonal yang emosional juga harus dihindari.
Dalam bisnis keluarga, sikap-sikap jujur, ulet dan tidak serakah akan membawa
pada perkembangan yang baik. Sifat jujur diperlukan agar orang tetap percaya
dengan setiap perkataan dan perbuatannya. Sikap ulet dapat mendorong seseorang
untuk maju dan tidak gagal. Sikap tidak serakah mencegah seorang pengusaha
tidak fokus dalam melakukan ekspansi usahanya.
Manajemen
keuangan bukan sekedar bagaimana memanajemen uang kas. Tapi lebih dari itu,
manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola kekayaan untuk
menghasilkan keuntungan dan
memanfaatkan sumber-sumber modal untuk membiayai usaha. Meski sederhana, bisnis
keluarga pun perlu menerapkan prinsip-prinsip manajemen keuangan. Berikut
beberapa dasar manajemen keuangan bagi bisnis keluarga.
1.
Pisahkan uang
pribadi dan usaha.
Kesalahan
paling umum yang dilakukan pengusaha UKM dalam mengelola keuangan adalah
mencampur uang usaha dengan uang pribadi. Mungkin karena usaha masih kecil,
kita berpikir tidak masalah jika mencampur uang usaha dengan uang pribadi.
Namun yang kebanyakan terjadi, kita sulit membedakan pengeluaran pribadi dan
usaha. Walhasil, keperluan pribadi sedikit demi sedikit menggerogoti saldo uang
usaha.
2.
Rencanakan
penggunaan uang.
Bahkan
saat perusahaan memiliki modal lebih banyak, perusahaan tetap harus
merencanakan penggunaan uang sebaik mungkin. Jangan hambur-hamburkan uang meski
saldo kas tampaknya berlebihan. Tanpa perencanaan yang matang. Sesuaikan
rencana pengeluaran dengan target-target penjualan dan penerimaan kas. Urungkan
rencana-rencana belanja modal jika tidak memberikan manfaat dalam meningkatkan
penjualan atau menurunkan biaya-biaya. Lakukan analisa “cost and benefit” atau
“untung rugi” untuk meyakinkan bahwa penggunaan uang perusahaan tidak bakal sia-sia
dan memberikan return yang menguntungkan.
3.
Buat buku catatan
keuangan.
Bisnis
t idak
cukup dikelola berdasarkan ingatan, melainkan dengan catatan yang lengkap.
Minimal anda wajib memiliki buku kas yang mencatat keluar masuknya uang. Lalu
cocokkan setiap hari saldo uang dengan catatan anda. Ini untuk mengontrol lalu
lintas uang dan memastikan tidak ada uang yang terselip. Selanjutnya tingkatkan
kemampuan administrasi kita untuk mencatat penjualan dan biaya-biaya. Tidak
kalah penting, kita juga harus mencatat saldo-saldo hutang piutang, persediaan
dan aset-aset tetap perusahaan. Jika mampu, gunakan sistem komputer untuk
memudahkan proses pencatatan. Dan alangkah lebih baik lagi jika anda bisa
menerapkan sistem akuntansi yang memadai.
4.
Hitung keuntungan
dengan benar.
Menghitung
keuntungan dengan tepat sama pentingnya dengan menghasilkan keuntungan itu
sendiri. Bagian yang paling kritikal dalam menghitung keuntungan adalah
menghitung biaya-biaya. Sebagian besar biaya bisa diketahui karena melibatkan
pembayaran uang tunai. Sebagian yang lain tidak berupa uang kas, seperti
penyusutan dan amortisasi. Sebagian lagi belum terjadi namun perlu dicadangkan
untuk dikeluarkan di masa mendatang, seperti pajak dan bunga pinjaman.
5.
Putar arus kas lebih
cepat.
Jangan
hanya berpusat pada keuntungan. Manajemen keuangan meliputi juga bagaimana
perusahaan mengelola hutang, piutang dan persediaan barang dagangan. Banyak
usaha mengalami kesulitan kas meski catatan akuntansi mereka menunjukkan angka
berwarna biru. Perhatikan bagaimana anda memutar kas. Putaran kas anda melambat
jika termin penjualan kredit anda lebih lama ketimbang kulakannya, atau jika
anda harus menyimpan persediaan barang dagangan. Anda harus mengusahakan termin
penjualan kredit sama dengan pembelian kredit anda. Anda juga harus mampu
menekan tingkat persediaan sedemikian rupa agar tetap dapat memenuhi order
namun tanpa membebani keuangan.
6.
Awasi harta, hutang
dan modal.
Secara
berkala, kita perlu memeriksa persediaan di gudang dan memastikan semuanya dalam
keadaan lengkap dan baik. Namun sebelum kita bisa melakukan itu, kita perlu
mempunyai administrasi yang memadai untuk mengontrol semua itu. Hal yang sama
perlu anda lakukan terhadap piutang-piutang kepada pembeli dan tagihan-tagihan
dari suplier. Kita tidak mau ada tagihan yang macet atau kedobelan membayar
kepada suplier gara-gara catatan anda berantakan. Jika kita tidak mampu
melakukan semua itu sendiri, anda dapat mempekerjakan bagian keuangan dan
menetapkan prosedur keuangan yang cukup untuk memastikan bahwa harta kekayaan
usaha perusahaan selalu terjaga dengan baik.
7.
Sisihkan keuntungan
untuk pengembangan usaha.
Menyisihkan sebagian keuntungan untuk
pengembangan usaha. Salah satu tugas penting manajemen keuangan adalah menjaga
kelangsungan hidup bisnis dengan mendorong dan mengarahkan investasi ke
bidang-bidang yang menguntungkan.
F. Keuntungan
Menjalani Bisnis Keluarga
Memulai
usaha kecil bersama keluarga – dengan suami, anak, atau sanak saudara bisa
menjadi tantangan yang unik. Di sisi lain, ini juga sangat membantu untuk
urusan kepercayaan dan cara yang bagus untuk mengajak semua anggota keluarga
untuk bersama-sama demi keamanan generasi selanjutnya.
Keuntungan
utama dari menjalankan bisnis dengan keluarga adalah adanya kepercayaan yang
tidak didapatkan dari bisnis yang tidak berorientasi pada keluarga. Karena
adanya kepercayaan dan hubungan keluarga inilah, anggota keluarga bisa bekerja
lebih giat dan tidak membutuhkan kontrak legal dan permasalahan lain yang
berkaitan dengan karyawan. Keuntungan lain adalah, terlepas dari banyaknya
argumen, keluarga memiliki kecenderungan untuk tetap bersatu dalam masa-masa
sulit. Hal ini disebabkan karena setiap anggota memiliki pemahaman yang lebih
terhadap anggota keluarga yang lain, dan memiliki argumen, kerja sama, dan pengalaman
negatif bersama-sama.
Terlepas
dari semua keuntungan memiliki bisnis keluarga, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1.
Mencampuradukkan
bisnis dengan urusan pribadi dan keluarga bisa berdampak buruk pada hubungan
keluarga. Pastikan anda membuat batasan-batasan yang jelas tentang dimana dan
kapan anda bisa berbicara tentang bisnis.
2.
Pastikan bahwa
komunikasi tidak menjadi halangan. Adakanlah pertemuan rutin untuk membahas
perkembangan dan perbedaan pendapat.
3.
Perlakukan
bisnis keluarga sebagaimana mestinya. Masalah yang sering terjadi dalam bisnis
keluarga adalah terlalu berfokus pada ‘keluarga’ daripada bisnis.
4.
Pastikan bahwa
setiap orang memiliki peran yang jelas. Ini akan membantu untuk menumbuhkan lingkungan
bisnis.
5.
Anggota keluarga
yang berada di dalam bisnis harus diperlakukan secara adil. Tidak boleh ada
pilih kasih dalam bisnis. Gaji dan keuntungan yang adil dapat menjadi poin awal
yang bagus.
6.
Berusahalah
untuk memngembangkan rencana pergantian. Siapa yang akan mengambil alih bisnis
setelah anda pensiun? Contohnya, apakah anak saudara anda atau anak anda? Ini
dengan asusmsi bahwa saudara anda dan anda memiliki saham kepemilikan atas
perusahaan.
7.
Jika anak anda
akan bergabung dalam bisnis, usahakan agar mereka mendapat pengalaman di luar
bisnis keluarga selama 3-5 tahun sebelum mereka bergabung. Hal ini akan memberi
mereka perspektif atau pandangan yang berharga tentang bagaimana bisnis
seharusnya dijalankan di luar setting keluarga.
G. Kendala Menjalani Bisnis Keluarga
Dari
masalah-masalah yang sering muncul dalam bisnis keluarga, terutama masalah
profesionalisme, akhirnya muncul mitos, “generasi pertama membangun, generasi
kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan”. Dan, masalah kepemimpinan
dalam perusahaan keluarga, masalah konflik yang sering terjadi dalam bisnis
keluarga, suksesi, kompetensi, dan budaya dalam perusahaan keluarga sebagai
tawaran paradigma baru dalam bisnis keluarga. Semua ini tidak lain sebagai
counter attack terhadap mitos: “generasi pertama membangun, generasi kedua
menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan”.
H. Studi Kasus
Hj
Leni Nurlaeni meneruskan usaha orangtuanya di bidang wedding stylistdan kuliner
sejak tahun 1997. Di tengah persaingan yang kian ketat, bisnisnya bisa survive
karena kerja keras, kerjasama tim, dan kemampuan menyesuaikan diri dengan
perkembangan tren dan teknologi di dunia kecantikan. Lingkungan Leni berasal dari
keluarga entrepreneur.Orangtuanya, Hj Ai Tati (63), mengembangkan usaha wedding
stylist sejak tahun 1984. Sementara ayahnya, H Mastur (68) adalah pengusaha
garmen. Mereka adalah wirausaha sejati yang membangun usahanya dari nol, ulet
serta memiliki jiwa pantang menyerah. Menurut
Leni, orangtuanya merupakan contoh teladan dalam berwirausaha dan
kesederhanaan. "Alhamdulillah keduanya masih aktif. Ibu masih kelola
wedding dan kuliner. Ayah masih suka kirim barang dan kontrol langsung usaha.
Bersama adik saya, H Cecep, kami mengendalikan bisniswedding dan usaha
warnet," katanya.
Anggota
komunitas pengusaha Tangan Di Atas (TDA) Bekasi ini salut dengan orangtuanya
yang masih bersemangat mengikuti acara Pesta Wirausaha 2010 tanggal 10-11 April
lalu.
Meski
tidak secara langsung mengarahkan, aktivitas keseharian orangtuanya menanamkan
semangat entrepreneur pada Leni sejak kecil. Saat masih di SD dan SMP, sepulang
sekolah Leni ikut jaga toko ayahnya. Begitu duduk di bangku SMA, Leni mulai
membantu ibunya menjalankan bisnis wedding dan membantu sekretariat Iwapi di
Bandung. "Ibu kan aktif di Iwapi Bandung," katanya.
Kegiatan
itu secara tidak langsung mentransfer semangat entrepreneur orangtuanya kepada
Leni. Hal itu membentuk kepribadian Leni yang mandiri, dinamis dan kreatif. Dikatakan, saat kuliah dia sudah
mencari uang sendiri, antara lain, dengan membuka kursus bahasa Inggris di
Bintaro dan menyediakan jasa wisata air dan EO outbond. "Saya buka usaha
kursus dan bimbel kira-kira empat tahun mulai tahun 1991 hingga 1995,"
ujar Leni yang sejak kecil aktif main marching band.
Semangat
belajar dan mengembangkan jaringan merupakan modal lain Almira Catering
&Wedding Stylist bisa survive hingga kini. "Namun, jangan dikira usaha
kami lancar-lancar saja. Orang tahunya kami sudah besar seperti sekarang.
Padahal dalam keseharian, kami juga menghadapi tantangan bisnis, mulai dari
persaingan tidak sehat, pembajakan tenaga kerja hingga masalah pasar. Tapi,
semua tantangan itu harus disikapi dengan positif dan keyakinan Allah akan
membantu kita yang punya niat baik dan kerja keras," ujar Leni. (Herry Sinamarata)
BIODATA
Nama lengkap : Hj Leni Nurlaeni SE MM
Nama lengkap : Hj Leni Nurlaeni SE MM
Tempat/tgl
lahir :
Bandung, 17 Maret 1973
Pendidikan :
S-1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 2002, S-2 Magister
Manjemen Universitas Indonesia bidang HRD
Suami :
H Ir Erwin Rasjid MM
Bidang
usaha :
Wedding stylist, sewa alat pesta, catering, kuliner, dan warnet
Alamat :
Jalan Patuha Utara No 1 Bekasi 17144, telepon 021-88854673/hp:
DAFTAR PUSTAKA
http://www.wartakota.com
http://www.tetehleni.wordpress.com/www.bekasiwedding.com/www.barkatnet.co.cc