Green
Living Gaya Mahasiswa
“Kita
menabung untuk biaya pendidikan kuliah, kesehatan, dan pernikahan,
tapi bagaimana dengan menyelamatkan udara bersih,air, tanah dan sumber bahan bakar untuk generasi masa depan? ” (gogreeninitiative.org)
UNIVERSITAS merupakan komunitas dari kalangan intelektual yang menjadi harapan bangsa di masa depan. Namun ironinya, universitas juga merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar dalam suatu kota. Dengan 'penduduk' tetap yang selalu berada di universitas yang memiliki aktivitas rutin, bahkan pada hari libur, tentu saja menghasilkan banyak sampah. Sayangnya masih banyak mahasiswa yang dianggap ‘intelek’ sama sekali belum ‘melek’ terhadap pentingnya penyelamatan lingkungan hidup.
Salah satu cara bagi mahasiswa untuk berperan dalam penyelamatan lingkungan adalah dengan gaya hidup green living. Green living atau cara hidup hijau adalah gaya hidup yang ramah lingkungan dan minim sampah. Berikut contoh green living yang dapat diaplikasikan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari:
1. Menghabiskan makanan yang kita pesan/pesan sesuai kebutuhan
Makanan yang tidak dihabiskan ujung-ujungnya akan berakhir di tong sampah atau di got saluran air yang akan menambah jumlah sampah yang ada. Selain itu bila dihitung-hitung energi yang dihabiskan untuk membuat makanan tersebut akan terbuang dengan percuma. Bukankah kita harus menghargai makanan yang kita makan?
2. Publikasi acara yang paperlessPublikasi acara dengan media kertas itu penting, namun sebaiknya dikurangi. Jumlah poster yang berlebihan akhirnya akan menambah jumlah sampah. Kertas umumnya berasal dari pohon, dengan meningkatnya pemakaian kertas sama saja mendukung deforestasi. Kita dapat mengganti dengan media maya. Bukankah lebih high tech?
3. Kurangi Pemakaian Kemasan Sekali Pakai
Masyarakat Indonesia kini hidup sebagai "masyarakat serba membuang"; beli, pakai sekali, setelah itu buang. Akibat dari gaya hidup serba membuang tersebut jumlah sampah terutama kemasan sekali pakai kian hari kian menggunung.
Menurut data Kementerian Negara Lingkungan Hidup, pada 2010, setiap individu rata-rata menghasilkan 0,8 kilogram sampah dalam satu hari dengan 15 persennya adalah kemasan sekali pakai. Dengan asumsi penduduk Indonesia sekira 220 juta, maka jumlah kemasan sekali pakai yang tertimbun mencapai 26.500 ton per hari. Sementara jumlah timbunan sampah nasional mencapai 176 ribu ton. Khusus di Jakarta, dalam sampah yang tertimbun hingga 2,2 Juta ton. Jumlah ini dapat digunakan untuk membangun 185 Candi Borobudur yang berisi sampah!
Jadi tunggu apalagi? Kurangi penggunaan kemasan sekali pakai dan beralih dengan membawa wadah minuman atau makanan sendiri.
Menghabiskan makanan yang kita makan, publikasi acara yang paperless, mengurangi kemasan sekali pakai hanyalah beberapa contoh dari sekian banyak gaya hidup green living, namun bila tiga hal kecil tersebut sudah mulai mahasiswa terapkan, yakinlah Anda akan terkejut dengan betapa besarnya peran Anda dalam penyelamatan lingkungan terutama kampus Anda.
tapi bagaimana dengan menyelamatkan udara bersih,air, tanah dan sumber bahan bakar untuk generasi masa depan? ” (gogreeninitiative.org)
UNIVERSITAS merupakan komunitas dari kalangan intelektual yang menjadi harapan bangsa di masa depan. Namun ironinya, universitas juga merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar dalam suatu kota. Dengan 'penduduk' tetap yang selalu berada di universitas yang memiliki aktivitas rutin, bahkan pada hari libur, tentu saja menghasilkan banyak sampah. Sayangnya masih banyak mahasiswa yang dianggap ‘intelek’ sama sekali belum ‘melek’ terhadap pentingnya penyelamatan lingkungan hidup.
Salah satu cara bagi mahasiswa untuk berperan dalam penyelamatan lingkungan adalah dengan gaya hidup green living. Green living atau cara hidup hijau adalah gaya hidup yang ramah lingkungan dan minim sampah. Berikut contoh green living yang dapat diaplikasikan oleh mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari:
1. Menghabiskan makanan yang kita pesan/pesan sesuai kebutuhan
Makanan yang tidak dihabiskan ujung-ujungnya akan berakhir di tong sampah atau di got saluran air yang akan menambah jumlah sampah yang ada. Selain itu bila dihitung-hitung energi yang dihabiskan untuk membuat makanan tersebut akan terbuang dengan percuma. Bukankah kita harus menghargai makanan yang kita makan?
2. Publikasi acara yang paperlessPublikasi acara dengan media kertas itu penting, namun sebaiknya dikurangi. Jumlah poster yang berlebihan akhirnya akan menambah jumlah sampah. Kertas umumnya berasal dari pohon, dengan meningkatnya pemakaian kertas sama saja mendukung deforestasi. Kita dapat mengganti dengan media maya. Bukankah lebih high tech?
3. Kurangi Pemakaian Kemasan Sekali Pakai
Masyarakat Indonesia kini hidup sebagai "masyarakat serba membuang"; beli, pakai sekali, setelah itu buang. Akibat dari gaya hidup serba membuang tersebut jumlah sampah terutama kemasan sekali pakai kian hari kian menggunung.
Menurut data Kementerian Negara Lingkungan Hidup, pada 2010, setiap individu rata-rata menghasilkan 0,8 kilogram sampah dalam satu hari dengan 15 persennya adalah kemasan sekali pakai. Dengan asumsi penduduk Indonesia sekira 220 juta, maka jumlah kemasan sekali pakai yang tertimbun mencapai 26.500 ton per hari. Sementara jumlah timbunan sampah nasional mencapai 176 ribu ton. Khusus di Jakarta, dalam sampah yang tertimbun hingga 2,2 Juta ton. Jumlah ini dapat digunakan untuk membangun 185 Candi Borobudur yang berisi sampah!
Jadi tunggu apalagi? Kurangi penggunaan kemasan sekali pakai dan beralih dengan membawa wadah minuman atau makanan sendiri.
Menghabiskan makanan yang kita makan, publikasi acara yang paperless, mengurangi kemasan sekali pakai hanyalah beberapa contoh dari sekian banyak gaya hidup green living, namun bila tiga hal kecil tersebut sudah mulai mahasiswa terapkan, yakinlah Anda akan terkejut dengan betapa besarnya peran Anda dalam penyelamatan lingkungan terutama kampus Anda.