Semangat Senyum Syukur | Everything in this world are good for us |

Jumat, 11 Januari 2013

Merindukan Puncak Gunung


Do you like adventure?

Setiap orang pasti punya hobi. Setiap hobi juga memiliki penilaian tersendiri terhadap hobi mereka. Yang sama dari mereka adalah mereka suka melakukan hal sebagai aktualisasi diri terhadap keinginan mereka. Selanjutnya, antara pria dan wanita memiliki sifat yang berbeda dari hobi tersebut. Kebanyakan pria suka dengan yang namanya tantangan, petualangan, dan hal yang keras. Berbeda dengan wanita yang biasanya suka dengan hobi yang ringan, tidak ekstrem, dan keputrian. Tetapi, banyak juga sekarang yang sebaliknya di mana pria takut tatangan dan wanita suka dengan hal-hal yang ekstrem. Katakanlah hiking atau mendaki. Pria dan wanita sudah sangat banyak melakukan kegiatan ini di bukit atau gunung.
Yap! Mendaki gunung yang ingin ceritakan pada sesi ini. Mendaki gunung bagi saya adalah hal yang sangat aku rindukan sampai selama ini. Sudah hampir 2 tahun belum merasakan angin gunung yang menusuk tulang. Semua kondisi di gunung memiliki arti tersendiri bagi saya. Dan kali ini dan sudah sejak lama saya ingin mendakinya lagi. Terserah gunung apa itu yang jelas gunung yang belum pernah aku daki. Suasana dingin dan pemandangan yang sangat aku rindukan. Kalau yang pasti ciptaan Allah SWT memang sempurna. Tidak ada yang sia-sia segala sesuatu yang diciptakan oleh-NYA.
Perlu kalian ketahui juga bahwa saya baru mendaki gunung 2 kali. Gunung Sindoro dan Gunung Merbabu. Pendakian gunung dilakukan di waktu SMA. Di SMA ada namanya ekskul pencinta alam, namanya IKSAPALA (Ikatan Siswa Pencinta Alam). Dan sekarang yang saya rindukan adalah mendaki gunung dengan teman-teman dan bukan karena ada suatu dorongan. Jadi maksudnya saya dan teman-teman ingin mendaki gunung karena kesadaran bersama dengan hobi yang sama. Sehingga, kami bisa berkumpul kembali seperti sedia kala waktu pendakian waktu SMA.
Perlu dicatat bahwa mendaki gunung itu sangat capek. Harus membawa perlengkapan yang banyak dan menggunakan tas ransel gunung yang besar. Di gunung itu dingin, harus bawa jaket yang bisa menghangatkan badan. Keluar uang banyak buat membeli banyak perlengkapan. Siapkan fisik dan mental. Dan yang pasti tidak memiliki penyakit ashma dan sebagianya. Kalian tahu, kondisi udara di gunung kandungan oksigen semakin kecil. Pada awal pendakian, kalian akan sangat merasakan rasa capek yang luar biasa. Bahkan mungkin saya pernah berpikiran untuk lebih baik pulang saja. Sudah tidak kuat lagi untuk mendaki lagi. Keputusasaan pada kondisi ini harus disemangati oleh anggota yang lain. Rasa seperti itu pasti akan muncul. Ya itu sebuah tantangan yang harus dihadapi. Tantangan bukan untuk ditinggalkan. Tantangan akan memberikan kepuasan yang tiada kira apabila kita berhasil menghadapi tantangan tersebut.
Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi pada saat perjalanan mendaki. Ada hujan yang mengguyur daerah gunung. Kita pasti kehujanan. Mau tidak mau kita harus mengeluarkan mantol kita dari ransel. Tantangan lagi, pada saat hujan, jalan bisa becek dan licin. Ini harus berhati-hati. tantangan yang lain masih menanti. Rasa capek pasti bertambah. Dengan begitu, kita bisa sebentar-sebentar berhenti untuk istirahat. Sebenarnya kalau kita kebanyakan istirahat bisa membuat kita malas untuk melanjutkan perjalanan lagi. Sebagai antisipasi, cukup berjalan dengan nyantai. Ada pepatah pendakian, “berhenti mendaki di gunung sama saja ingin mati”. Seperti yang telah aku katakan, berhenti walaupun sejenak sebenarnya telah mengurangi harapan kita untuk sampai ke puncak. Berhenti bisa membuat kita tertidur. Kalau kita tertidur, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sesuatu buruk bisa terjadi.
Kalau dalam kondisi lapar, segera memasak makanan saja. Biar energi bertambah dan kita bisa melanjutkan perjalanan memuncak. Perjalanan memuncak adalah hal yang sangat diharapkan banyak orang bagi mereka yang mendaki. Bagaimana tidak, puncak memiliki makna tersendiri. Bisa ke puncak seolah-olah bayaran atas segala sesuatau yang telah kita keluarkan, uang, tenaga, pikiran, dan waktu. Bayangkan saja kalau kalian berada di puncak gunung yang memiliki ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut. Kita bagaikan berenang di lautan awan. Dan pemandangannya, subhanallah, luar biasa indahnya. Ciptaan Tuhan memang selalu indah. Kita harus menyukuri keindahan alam ini. Keindahan alam yang tiada terkira.
Kondisi di puncaklah yang sangat aku rindukan. Aku sangat ingin bisa menikmati suasana di puncak gunung. Semua terasa berbeda dengan lingkungan kita di rumah. Di puncak ini, tidak ada sesuatu yang namanya ramai, kotor, bising. Di puncak itu kita seolah-olah merasakan indahnya surga. Semoga saja nanti kita bisa masuk surga. Amin. Di puncak gunung, kita akan bisa menemukan tumbuhan abadi. Edelweiss flower. Bungan ini tidak bagus-bagus amat. Namun, hanya bisa tumbuh di ketinggian tertentu. Kalian juga bisa melihat kawah gunung yang luar biasa bagusnya. Tetapi berhati-hati juga karena kawah bisa mengeluarkan gas beracun berupa belerang atau sejenisnya. Biasanya gas berbahaya itu muncul pada kondisi tertentu.
Puncak memiliki segala sesuatu dengan keindahan alamnya. Nah, keinginan saya untuk bisa mendaki gunung semoga saja bisa tercapai dalam waktu dekat ini. Hanya menunggu waktu yang tepat saja. ;) 
ini ada beberapa foto saat pendakian ke puncak gunung:
 gambar 1. memandangi lautan awan

 gambar 2. bergaya di dekat kawah gunung

 gambar 3. perjalanan hampir sampai di puncak

I really longed to climb the mountain to the peak.

Merindukan Puncak Gunung Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Sukur Riswanto