PENGAMEN ANAK JALANAN JUGA PUNYA HAK
UNTUK KEBERLANGSUNGAN HIDUP
MAKALAH
Tujuan
Ditulis
Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester II Matakuliah Pendidikan
Kewarganegaraan
oleh
Sukur
Riswanto 125020200111117
Jurusan
Manajemen
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas
Brawijaya
Malang
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-NYA kepada kita
semua sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Tujuan
penulis menyusun makalah ini adalah sebagai tugas Ujian Akhir Semester II
matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang diberikan oleh dosen matakuliah.
Penulis mengambil judul makalah “Pengamen
Anak Jalanan juga Punya Hak untuk Keberlangsungan Hidup” karena saat ini
banyak sekali anak jalanan yang mengamen dijalan-jalan raya. Mereka
memanfaatkan lampu lalulintas yang menujukkan warna merah untuk mendapatkan sesuatu
yang amat berharga buat mereka, uang. Banyak pengamen anak jalanan yang
melakukan hal tersebut karena tidak memiliki biaya. Untuk makan saja sudah
kesusahahan. Oleh karena alasan tersebutlah mereka mengamen di jalanan demi
melangsungkan hidup mereka.
Dalam
makalah ini menjelaskan kemiskinan secara umum di kota Malang. Kemudian juga
menjelaskan bagaimana pengamen anak jalanan menjalani hidup selama berkeliling mengamen
di setiap toko-toko.
Penulis menyusun makalah ini dari
hasil wawancara dengan tiga anak pengamen jalanan dan pustaka berupa buku dan
infromasi dari internet. Teknik analisisnya menggunakan metode kualitatif yang
berupa kalimat deskriptif dalam menjelaskan makalah mengenai topik yang penulis
angkat.
Dalam
pembuatan suatu karya pasti banyak terjadi hambatan. Dalam hambatan ini harus
dihadapi oleh orang yang bersangkutan. Seperti penulis yang kesulitan
menentukan narasumber untuk diwawancarai. Namun, penulis dapat menemukan
pengamen anak jalanan di jalan-jalan yang besar. Selanjutnya, penulis juga
masih menunda-nunda dalam mengerjakan makalah ini yang membuat tugas kuliah
semakin menumpuk. Akibatnya, penyusunan makalah ini tidak segera diselesaikan.
Tetapi, penulis sadar bahwa tugas yang ada harus diselesaikan segera agar tidak
menumpuk sehingga nantinya beban semakin berkurang. Penulis juga masih
kesulitan dalam membagi waktu antara kuliah, kegiatan, belajar, dan mengerjakan
tugas. Syukur alhamdulillah penulis bisa mengendalikannya dengan membuat jadwal
harian yang terstruktur dan khususnya bisa menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah turut serta membantu penyelesaian
makalah ini yang berupa materi maupun nonmateri. Adapun pihak-pihak tersebut
adalah
1.
Allah
SWT sebagai sumber kekuatan dan inspirasi penulis
2.
kedua
orang tua penulis yang selalu mendoakan dan mendorong untuk terus belajar
3.
Bapak
Hendi Subandi selaku dosen matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah
memberikan banyak ilmu kepada penulis
4.
teman-teman
yang sudah mendukung penulis
5.
serta
pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan semua.
Namun, penulis sebagai manusia biasa
yang tidak pernah luput dari kesalahan. Penulis sudah melakukan yang terbaik.
Demikian juga terhadap makalah ini yang masih banyak terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan
makalah ini untuk menjadi yang lebih baik ke depannya.
Malang, 19 Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
.............................................................................................. i
Kata Pengantar
............................................................................................. ii
Daftar
Isi
...................................................................................................... iv
BAB I LATAR BELAKANG
1.1
Gambaran
Umum Kemiskinan di Kota Malang ..................................... 1
1.2
Alasan
Memilih Pengamen Jalanan
........................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Responden
................................................................ 3
2.2 Analisis Wawancara
............................................................................... 5
2.3 Renungan Diri
......................................................................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
............................................................................................. 12
3.2 Saran
....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
.................................................................................. 14
LAMPIRAN
Transkip
Wawancara .................................................................................... 15
Foto Dengan
Responden
.............................................................................. 17
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Gambaran Umum Kemiskinan di Kota Malang
Adanya krisis ekonomi dan sempitnya
lapangan pekerjaan di perkotaan menyebabkan terjadinya degradasi sosial
kemasyarakatan. Hal tersebut juga didukung dengan adanya
pembangunan-pembangunan yang di Indonesia yang membawa perubahan-perubahan
tatanan kehidupan bermasyarakat. Kedua hal tersebut membuat jumlah kemiskinan
di Indonesia semakin meningkat. Seperti halnya di kota Malang juga masih ada
garis kemiskinan yang menyelimuti masyarakat menengah ke bawah. Menurut Bambang, banyak sekali faktor yang menjadi penyebab
kemiskinan, diantaranya adalah faktor ekonomi, mental sumber daya manusia
(SDM), kelemahan fisik seseorang yang mengakibatkan seseorang tidak mampu
bekerja lagi dengan normal, dan musibah atau bencana alam yang menimpa suatu
daerah.
Berdasarkan data dari hasil sensus
Tim Penganggulangan Kemiskinan Pusat tahun 2009 menyampaikan bahwa jumlah
penduduk yang masuk kategori miskin sebesar 5,58% dari total penduduk kota
Malang yang berjumlah sekitar 814.000 jiwa. Jumlah penduduk miskin tersebut
menurun dari tahun yang sebelumnya yang memiliki sekitar 11,42% dari total
penduduk kota Malang. Hal tersebut dapat kita lihat bahwa Pemerintah kota
Malang sudah berhasil menurunkan angka kemiskinan yang dilakukan dengan
beberapa program, seperti dibentuknya Tim Penganggulangan Kemiskinan Kota
Malang dan Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) yang selalu memberikan
bantuan berupa beasiswa untuk siswa yang tidak mampu untuk mendapatkan
pendidikan yang layak. Selain itu, Pemkot Malang juga berpartisipasi dalam
menciptakan lapangan pekerjaan baru
untuk masyarakat yang kurang mampu dengan cara mengurangi beban pengeluaran
masyarakat miskin, meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin,
mengembangkan dan menjamin keberlanjutan UMK (Usaha Kecil dan Mikro).
1.2 Alasan Memilih
Pengamen Jalanan
Dijelaskan dalam penjelasan di atas
masih ada angka kemiskinan di kota Malang. Ini berarti bahwa masih ada
masyarakat miskin yang belum mendapatkan pekerjaan yang layak dengan pendapatan
yang mencukupi seluruh kebutuhan keluarganya. Den sebagiannya adalah pengamen
jalanan yang juga mencari tambahan pendapatan. Banyak anak kecil yang masih
berkeliaran di bawah lampu lalu lintas maupun berkeliling setiap rumah dan/atau
toko untuk mengamen agar mendapatkan uang.
Anak
adalah harapan masa depan suatu bangsa, tunas yang berpotensi membawa bangsa
ini ke arah yang lebih baik atau bisa juga lebih buruk. Seperti yang penulis
temui, amat miris rasanya melihat anak-anak yang hidup mengamen di jalanan,
bukannya bersekolah. Rasanya lebih menyedihkan jika melihat orang dewasa yang
melakukan pekerjaan serupa. Seperti kota Malang pun juga sangat banyak sekali
pengamen jalanan, mulai dari anak-anak sampai remaja. Kebanyakan dari pengamen
itu adalah anak-anak yang ingin membantu orang tua dan putus sekolah dengan
alasan kekurangan biaya untuk melanjutkan pendidikan mereka. Akibat hal
tersebut di atas, mereka terpaksa menjalani kehidupan dengan menjadi pengamen
jalanan.
1.3 Responden Memilih menjadi Pengamen Jalanan
Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan bahwa ada 3
orang anak kecil yang terdiri atas 2 orang kakak-adik dan satunya ialah
temannya. Mereka memilih menjadi pengamen jalanan karena beberapa hal. Pertama,
yang dijawab oleh kakak-adik adalah mereka ingin memiliki uang untuk biaya
sekolahnya dan kedua, temannya ingin membantu orang tua mencari uang. Mereka
dengan keadaan ekonomi yang buruk mendorongnya untuk mencari tambahan
penghasilan demi mencukupi kebutuhan hidupnya. Meskipun menjadi pengamen
jalanan, mereka masih memiliki mimpi yang ingin mereka capai, yaitu ingin
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi bahkan mereka mengatakan
ingin sampai kuliah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Gambaran Umum Responden
Penulis
menentukan responden adalah anak-anak yang mengamen di jalanan. Kemudian,
penulis menemukan 3 orang pengamen jalanan di jalan Gajayana atau tepatnya di
sekitar depan kampus UIN Maliki Malang. Ketiga pengemis tersebut setelah
penulis datangi dan melakukan wawancara, mereka bernama Mamat, Ani, dan Agung.
Mamat dan Ani merupakan kakak adik dan Agung merupakan teman dari Mamat. Mamat
yang berumur 12 tahun masih duduk di kelas 6 SD Darul Quran dan adiknya sudah
bersekolah kelas 2 SD Kotalama 5 yang berumur 8 tahun. Sedangkan Agung yang
berusia 13 tahun sudah tidak bersekolah dengan pendidikan terakhir kelas 2 SD
dan kemudian dia putus sekolah.
Mereka
bertiga mengamen keliling di sepanjang jalan dari Dinoyo sampai di kompleks
kampus ITN. Hampir setiap hari mereka bertiga mengamen di tempat-tempat
tersebut. Untuk setiap harinya mereka mendapatkan hasil sekitar Rp. 90.000,00.
Uang yang mereka peroleh dengan mengamen di jalanan dan berkeliling di setiap
rumah dan/atau toko digunakan untuk mencukupi segala kebutuhan mereka.
Mamat dan
adiknya yang masih bersekolah harus mendapatkan uang untuk biaya sekolahnya
karena penghasilan orang tua tidak mencukupi. Hal itu didukung dengan orang
tuanya yang masih belum mendapatkan pekerjaan yang berpenghasilan cukup.
Ayahnya saja bekerja sebagai tukang bangunan di Bali. Sementara Ibunya bekerja
dengan menjadi pengamen dan pengemis. Namun, sekarang Ibunya sedang sakit dan
dikatakan oleh Mamat kalau Ibunya sakit karena kekurangan darah. Dipastikan
bahwa tidak mungkin orang tuanya dibawa ke rumah sakit lantaran tidak ada biaya
untuk berobat. Mamat dan adiknya tinggal di daerah Dadapan. Mamat juga
menyampaikan, dia mempunyai 3 kakak dengan kakak nomor satu sudah menikah dan
bekerja di Madura. Namun, kakaknya tersebut sesekali pulang ke rumah orang
tuanya. Sedangkan kakak nomor 2 dan 3 sudah meinggal sejak lama.
Sedangkan
Agung yang tinggal di daerah Bareng menggunakan hasil mengamennya untuk
membantu orang tua mencukupi segala kebutuhan hidupnya. Dikatakan oleh Agung
bahwa orang tua memiliki pekerjaan yang penghasilannya sangat sedikit. Ayahnya
hanya bekerja sebagai tukang becak, sementara Ibunya bekerja hanya sebagai
tukang cuci. Dan alasan Agung putus sekolah pada saat kelas 2 SD adalah orang
tuanya sudah tidak mampu lagi untuk membiayai sekolahnya. Orang tuanya hanya
memiliki penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Dalam
melakukan aktivitasnya sebagai pengamen jalanan, mereka bertiga membagi tugas
masing-masing. Agung bertugas untuk memainkan alatnya yang berupa tutup botol
logam yang dibuat pipih dan membentuk lingkaran seperti koin. Mamat bertugas
sebagai penyanyi. Sedangkan adiknya Mamat yang bernama Ani membawa bungkus
permen plastik sebagai tempat menampung uang hasil mengamen. Mereka bertiga
dalam mengamen tampak semangat. Hal itu dilihat dari tempat mereka mengamen yaitu
dari Dinoyo sampai ke ITN. Mereka memulai mengamen dilakukan siang hari setelah
pulang sekolah hingga sampai maghrib. Baru kemudian setelah maghrib mereka
pulang ke rumahnya dengan menggunakan angkutan umum. Mereka bertiga mengamen
hampir setiap hari. Hanya hari Sabtu dan Minggu mereka tidak mengamen. Mungkin
mereka menggunakan waktu tersebut untuk bermain dengan teman-temannya di rumah
mereka.
Meskipun
mereka bertiga mengamen keliling setiap jalanan tetapi mereka masih memiliki
cita-cita yang ingin mereka raih dalam hidup mereka. Seperti Mamat yang ingin
sekali bisa melanjutkan sekolahnya hingga sampai bisa kuliah dan kemudian
bekerja untuk menjadi kaya. Sedangkan Ani juga sama seperti kakaknya ingin
melanjutkan sekolahnya hingga ke yang lebih tinggi untuk membanggakan orang
tuanya. Sedangkan Agung juga ingin sekali melanjutkan pendidikannya ke yang
lebih tinggi. Apalagi sekarang dia masih putus sekolah, sudah pasti sangat
besar harapannya agar segera mendapatkan kursi sekolahnya kembali.
Mengenai keadaan
fisik yang penulis temui saat mewawancarai mereka bertiga memiliki tubuh yang
kecil. Mereka menggunakan pakaian yang sederhana. Penulis melihat raut wajah
mereka tampak bahagia. Entah bahagia melakukan mengamen di jalanan ataupun
bahagia karena mendapatkan uang dan bisa melakukan sesuatu yang mereka
inginkan. Yang penulis amati, betapa kerasnya mereka dalam berjuang melakukan
sesuatu―dalam hal ini mengamen jalanan untuk mendapatkan uang. Mereka mengamen
di jalanan yang ternyata bukan karena dorongan orang lain atau bekerja untuk
orang lain, melainkan mereka melakukannya atas dasar keinginan mereka sendiri
dengan inisitifnya untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka seperti untuk
biaya sekolah dan membantu orang tua mencukupi kebutuhannya.
2.2 Analisis
Wawancara
Menurut
teori psikologi Abraham Maslow, kebutuhan primer memang datang sebelum
kebutuhan sekunder. Makan adalah kebutuhan primer dan pendidikan adalah
kebutuhan sekunder. Orang yang kebutuhan primernya belum terpenuhi, tidak akan
memenuhi kebutuhan sekundernya. Segala tindakannya akan terfokus untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya dahulu. Secara sederhana: bagaimana mungkin kita belajar
jika perut kita lapar? Inilah yang mendasari mengapa seorang anak usia 10 tahun
meninggalkan sekolahnya dan mencari uang di jalanan. Dari sekolah, ia belum
merasakan manfaat langsungnya. Dari bekerja, ia dapat merasakan makanan yang ia
dan keluarganya santap hari itu.
Penulis
mendapati mereka bertiga yang sedang mengamen di jalanan dan keliling di setiap
toko yang mereka datangi. Pada awal penulis melihat mereka ada sesuatu yang
ingin saya katakan. Mengapa mereka mau mengamen di jalanan? Mengapa mereka
tidak menikmati hidupnya dengan bermain bersama teman-teman dan bersekolah?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut masih bermunculan dan penulis akan bisa
mendapatkan jawaban pasti setelah melakukan wawancara dengan mereka.
Penulis
mendekati mereka bertiga yang hendak melanjutkan ke toko yang lainnya. Penulis
kemudian melakukan wawancara sekitar 15 menit. Penulis terkejut ketika
pertanyaan sudah berhasil dibuktikan. Ternyata mereka melakukan hal tersebut
karena ada kondisi yang mengharuskan mereka melakukan hal itu. Seperti mereka
bertiga yang ternyata mereka mengamen dengan alasan tersendiri. Mereka
melakukannya karena kondisi ekonomi yang mendorong mereka untuk mengamen demi
mendapatkan tambahan penghasilan selain dari orang tua mereka.
Penulis
terkejut terhadap apa yang mereka lakukan. Mereka bertiga yang masih anak-anak
sudah berani turun ke jalan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Mereka
tidak takut terhadap ancaman yang mungkin mengancam hidup mereka. Kita bisa
menjumpai bahwa preman juga masih berkeliaran di mana-mana termasuk di jalanan
juga yang mana preman tersebut bisa saja melakukan tindakan kekerasan terhadap
mereka bertiga yang masih kecil. Selanjutnya, penulis beranggapan bahwa mereka
mengamen di jalanan tidak merasa takut terancam. Mengapa bisa demikian?
Jawabannya adalah mereka bertiga sangat membutuhkan uang untuk membiayai
sekolahnya dan membantu orang tua. Sehingga mereka akan melakukan apa saja
untuk bisa mendapatkan uang meski apa yang mereka lakukan berbahaya bagi
kehidupan mereka.
Dalam
UU No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang jelas-jelas menyatakan bahwa
larangan untuk mempekerjakan anak di bawah 14 tahun, apalagi dalam pekerjaan
yang membahayakan kesehatan, keselamatan, dan moral si anak.
Jika
ditelaah, pengamen jalanan seperti mereka bertiga (Mamat, Ani, dan Agung) muncul akibat kemiskinan. Kemiskinan muncul
dari berbagai sumber, tapi secara keseluruhan, kondisi ekonomi-sosial Indonesia
memang memiliki andil besar. Karena kurang modal, orang menjadi miskin. Anak
mereka pun mau tak mau meninggalkan pendidikan dan mencari uang, yang pada
akhirnya akan membawa ia ke dalam lingkaran kemiskinan lagi karena kurangnya
pengetahuan dan keterampilan. Kemiskinan struktural semacam ini menjadi
lingkaran siklus yang sulit diputus; kemiskinan seakan diwariskan dari generasi
ke generasi.
Ada
hal lain juga yang penulis lihat dari mereka bertiga bahwa mereka juga
merelakan waktu bermain mereka dengan mengamen di jalanan. Mereka bertiga juga
merelakan waktu sekolahnya hanya untuk mengamen seperti Agung sampai putus
sekolah saat kelas 2 SD. Terhadap apa yang mereka lakukan adalah tidak
dibenarkan dalam hukum. Mengapa demikian? Dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia pasal 28B ayat 2 tertuliskan, “Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi.” Berdasarkan UUD di atas mengandung makna bahwa setiap anak
di negara Indonesia berhak mendapatkan perlindungan dari negara. Jika anak-anak
dilindungi oleh negara, maka pemerintah harus sudah ambil tindakan untuk
menangani permasalahan tersebut, yakni anak-anak jalanan yang mengamen di
jalanan.
Anak
jalanan yang mengamen di jalanan juga memiliki hak yang harus dipenuhi dari
Pemerintah. Terlebih bahwa setiap anak berhak mendapatkan kelangsungan hidup.
Jika kita melihat masih banyak anak-anak jalanan yang mengamen di jalanan,
sudah kita ketahui bahwa pemerintah telah tidak melaksanakan kewajibannya
sebagai aparatur negara. Sudah dijelaskan bahwa mereka bertiga mengamen di
jalanan dikarenakan kondisi keluarga yang tidak layak. Keluarga mereka sangat
membutuhkan pekerjaan yang tetap dan layak untuk bisa melangsungkan kehidupan
mereka. Jika pemerintah masih tidak mempedulikan masyarakat miskin yang tidak
memiliki pekerjaan, ini berarti sudah menyimpang dari UUD pasal 28A yang
berbunyi, “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”
Melalui
penjelasan di atas, sudah seharusnya pemerintah melakukan tindakan untuk
mengatasi segala permasalahan terutama kepada masyarakat menengah ke bawah yang
masih belum hidup secara layak. Pemerintah bisa melakukan penampungan kepada
anak jalanan yang mengamen untuk diberi bekal, bisa berupa pendidikan,
pelatihan, ataupun pembinaan. Yang pasti jangan sampai jumlah pengamen jalanan
semakin bertambah.
Kita
ketahui bahwa pemerintah kota Malang sudah melakukan berbagai hal untuk
mengurangi jumlah anak jalanan yang mengamen dengan cara melakukan pemberdayaan
anak jalanan di Kota Malang melalui Kemitraan
antara Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat. seperti penelitian yang
dilakukan oleh Dr. Imam Hardjanto, MBA, M.AP, Dip. Sp dan Drs. Choirul Saleh, M.si. menunjukkan bahwa dapat
diperoleh hasil: (1)
Pemberdayaan anak jalanan di Kota Malang tidak ada yang memprakarsai karena
terjadi secara otomatis. (2) Mekanisme pemberdayaan anak jalanan di Kota Malang
dilakukan oleh Bidang Sosial dan LPA Griya Baca melalui program bimbingan dan
pelatihan. Bimbingan yang diberikan kepada pengamen anak jalanan yaitu:
a. bimbingan moral dan mental,
b. bimbingan sosial,
c. bimbingan hukum,
d. bimbingan agama, dan
e. bimbingan kesehatan.
Sedangan pelatihan yang diberikan kepada pengamen
anak jalanan meliputi:
a. pelatihan otomotif,
b. pelatihan mengemudi,
c. pelatihan elektronika.
Selain bermitra dengan LPA Griya Baca,
Bidang Sosial juga berkoordinasi dengan Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) lain, yaitu Dinas Kesehatan, Kementrian Agama,
Kepolisian, Dinas Pendidikan, dan Satpol PP untuk memberikan pembinaan dan
bimbingan. Sedangkan untuk kegiatan pelatihan, Bidang Sosial mengajak kalangan
profesional untuk bekerjasama, seperti Lembaga Pelatihan Mengemudi Natuna,
elektronika, dan otomotif.
Hal di atas
terjadi apabila kasus permasalahannya adalah anak atau pengamen jalanan yang
tidak mempunyai orang tua. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan, mereka
bertiga masih memiliki kedua orang tua. Kedua orang tua mereka juga masih
bekerja. Akan tetapi, pekerjaan orang tua masih belum layak. Ayah Mamat dan Ani
bekerja sebagai tukang bangunan di Bali dan Ibunya bekerja sebagai pengamen
juga seperti mereka. Sedangkan Ayah Agung bekerja sebagai tukang becak dan
Ibunya bekerja sebagai tukang cuci. Penulis yakin bahwa penghasilan orang tua
yang mereka dapatkan masih belum cukup untuk mencukupi semua kebutuhannya.
Dalam kasus ini, orang tua merekalah yang belum mendapatkan secara layak.
Awal mula
mereka bertiga mengamen dijalanan adalah karena kehidupan keluarga mereka yang
miskin dan orang tua bekerja seadanya yang penghasilannya tidak cukup untuk
segala kebutuhannya. Maka dari itu, pemerintah perlu memperhatikan secara lebih
kepada masyarakat menengah ke bawah. Pemerintah seharusnya membuka lapangan
pekerjaan baru untuk mereka yang belum mendapatkan pekerjaan layak. Atau juga
pemerintah bisa memberikan modal untuk mereka berusaha kecil-kecilan. Yang
terpenting adalah masyarakat bisa mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang
layak sehingga anak-anak mereka tidak perlu untuk turun ke jalanan membantu
mencari uang. Anak-anak di bawah umur 14 tahun sangat dilarang untuk
dipekerjakan terlebih pekerjaan tersebut bisa membahayakan keselamatan anak
tersebut.
Pemerintah
harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat miskin bahwa anak-anak mereka
harus mendapatkan pendidikan yang layak. Pemerintah sudah menjanjikan
pendidikan wajib belajar 9 tahun, sehingga para orang tua tidak perlu harus
memikirkan biaya sekolah lagi untuk anak-anak mereka. Kalaupun ada alasan orang
tua tidak bisa menyekolahkan anak-anak mereka dengan tidak ada biaya, berarti pemerintah masih
harus gencar melakukan sosialisasi yang bisa dikoordinasikan dengan pemerintah
daerah. Dengan begitu, semua anak-anak bisa mendapatkan pendidikannya dan tidak
perlu untuk mengamen lagi di jalanan.
Keadaan
akan jauh lebih baik jika orang tua diberi pekerjaan yang layak dan memiliki
penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan anak-anak
mereka mendapatkan pendidikan gratis dan layak, pasti jalanan akan sepi dari
pengamen jalanan. Sehingga, dalam masyarakat itu sendiri akan tercipta keadaan
yang sejahtera.
Perlu
diketahui juga bahwa anak-anak adalah aset yang sangat berharga untuk masa
depan negara Indonesia. Maka dari itu, pemerintah harus menjaga dan
mengelolanya dengan berbagai cara, seperti memberikan pendidikan yang layak dan
pelatihan materi maupun nonmateri.
2.3
Renungan Diri
Melihat
anak-anak yang mengamen di jalanan besar untuk mendapatkan uang, penulis sangat
bersyukur masih memiliki kehidupan yang lebih baik dari mereka. Penulis tidak
perlu bekerja panas-panasan seperti mereka, tetapi penulis tinggal menunggu
kiriman dari orang tuanya perbulan. Ini adalah saatnya kita harus selalu
bersyukur dalam keadaan apapun meskipun keadaan tersebut mrnyulitkan kita.
Karena apa yang kita alami dalam kehidupan ini sudah pasti kita lebih baik.
Masih banyak disekeliling kita yang masih belum mendapatkan yang layak seperti
kita. Lihat saja anak-anak seperti Mamat, Ani, Agung yang masih puluhan tahun
harus bekerja sambilan untuk mendapatkan uang tambahan di mana uang yang
diperoleh tersebut untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Dengan
merenungkan diri terhadap apa yang penulis telah wawancara dengan mereka
bertiga, penulis merasakan tidak ada waktu bagi kita untuk merengek terhadap
permasalahan yang kita hadapi. Kita sebagai manusia yang sadar akan kelebihan
kita daripada mereka tidak patutlah kita jika sombong dengan orang lain. Kita
harus bisa saling tolong-menolong dengan satu sama lain dan memberikan rasa penghargaan
kepada semua orang. Siapapun kita di Indonesia ini adalah sama-sama warga
negara yang sedang belajar untuk bisa mencintai negara kita dan mengabdi dengan
apa yang kita bisa lakukan sesuai dengan apa yang kita mampu.
Penulis
sebagai warga negara yang sedang mencoba untuk mengubah kehidupan menjadi yang
lebih baik maka penulis sadar bahwa kita sebagai mahluk sosial yang tidak bisa
hidup sendiri di dunia ini. Untuk itu, penulis ingin mendirikan sebuah yayasan
untuk anak-anak yatim piatu yang tidak memiliki tempat tinggal. Dalam yayasan
ini penulis ingin memberikan pendidikan yang layak untuk mereka. Dalam yayasan
tersebut nantinya anak-anak yang bisa ditampung akan dididik juga tentang
pengetahuan akan agama, sosial, mental, dan negara.
Awal mula
muncul keinginan mendirikan sebuah yayasan adalah waktu SMA penulis sangat
sedih melihat anak-anak kecil di desa penulis yang memiliki moral kurang begitu
bagus. Tidak hanya itu, ada anak yang sangat miskin tetapi dia memiliki
kecerdasan yang lumayan bagus. Namun, karena kondisi ekonomi yang buruk anak
tersebut tidak diperbolehkan melajutkan sekolahnya. Sebagai jalan akhirnya,
anak tersebut harus bekerja untuk mendapatkan penghasilan dan bisa membantu
kedua orang tuanya. Karena alasan di ataslah penulis ingin sekali membantu
mereka meraih cita-cita yang tinggi yang mereka inginkan. Pengamen jalanan yang
penulis wawancarai saja juga memiliki cita-cita yang bagus, yaitu mereka ingin
melajutkan sekolah ke yang lebih tinggi sampai kuliah.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ternyata
anak-anak yang mengamen di jalanan tidak sepenuhnya merupakan anak-anak yang
memiliki putus asa dalam sekolah. Penulis menjumpai ada anak yang mengamen di
jalanan karena ada sesuatu yang melatarbelakangi sehingga mereka terdorong
untuk mencari uang. Kasus yang penulis temukan, pengamen jalanan melakukannya
karena ekonomi keluarga yang sangat buruk. Mereka (Mamat, Ani, dan Agung) tidak
bisa diam begitu saja. Sebab, jika mereka tidak melakukan apapun, Mamat dan Ani
tidak bisa membantu pembiayaan sekolahnya dan Agung tidak bisa membantu orang
tuanya.
Mereka
bertiga melakukan pekerjaannya tidak menyadari bahaya yang mungkin bisa mereka
dapatkan. Mereka tetap bekerja keras dan tetap pada pendirian mereka untuk
mengamen di jalanan. Itu adalah sesuatu yang harus mereka hadapi untuk bisa
mendapatkan sesuatu yang mereka harapkan. Bagi mereka yang penting adalah
bagaiaman bisa mendapatkan tambahan uang.
Untuk
mengurangi jumlah anak-anak yang mengamen di jalanan, pemerintah bisa melakukan
beberapa hal seperti melakukan penampungan pengamen jalanan dalam sebuah tempat
dan kemudian diberi pendidikan dan pelatihan. Selain itu, pendidikan wajar 9
tahun harus bisa merakyat agar anak-anak jalanan semakin berkurang di jalanan.
Kemudian, pemerintah harus memberikan pelatihan kepada orang-orang miskin atau
memberikan bantuan kredit untuk mendirikan usaha. Ini juga akan bisa mengurangi
anak pengamen jalanan karena orang tua mereka sudah merasa cukup memiliki
penghasilan untuk mencukupi semua kebutuhannya.
Anak-anak
adalah aset yang berharga bagi negara Indonesia. Anak-anaklah yang akan
menggantikan perjuangan orang-orang saat ini yang akan membangun negara. Maka,
pemerintah harus menjaga dan mengelolanya dengan baik jangan sampai mereka dibiarkan
menjadi liar di jalanan!
3.2 Saran
Saran-saran
terkait dengan tema di atas adalah sebagai berikut,
a.
Bagi diri sendiri
1)
Saya harus bisa menolong orang-orang
yang miskin sesuai dengan kemampuan yang saya miliki
2)
Harus selalu bersyukur dengan
keadaan apapun seperti ini, karena ternyata masih ada orang yang jauh di bawah
kita
3)
Tidak boleh egois dengan teman-teman
ataupu orang lain, karena kita semua sama-sama warga negara yang harus hidup
rukun
b.
Bagi Pengamen Jalanan
1)
Cobalah untuk mencari pekerjaan yang
layak yang sesuai dengan kemampuan mereka
2)
Jangan putus sekolah dan bersekolah
karena ada program wajib belajar 9 tahun, sehingga jangan takut kalau tidak ada
biaya sekolah karena pendidikan sudah gratis
3)
Jangan lupa untuk tetap membantu
kedua orang tua dan mendoakan agar kedua orang tua bisa mendapatkan pekerjaan
yang layak dengan penghasilan yang layak pula
4)
Milikilah cita-cita yang tinggi dan
berusahalah dengan usaha dan doa untuk meraih cita-cita tersebut
c.
Bagi Pemerintah
1)
Harus memperhatikan orang-orang yang
miskin dan memberikan bantuan-bantuan yang meringankan beban mereka
2)
Pemerintah wajib memberikan
pendidikan yang layak bagi anak-anak agar tidak mengamen di jalanan
3)
Pemerintah harus berupaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah bisa dengan memberikan pekerjaan,
memberikan bantuan modak untuk usaha, ataupun mengadakan pelatihan bagi
orang-orang yang hidup menengah ke bawah
4)
Pemerintah harus membuat program
untuk menampung pengamen jalanan yang tidak memiliki orang tua dan tempat
tinggal untuk diberi pendidikan ataupun pelatihan.
DAFTAR
PUSTAKA
Afandi, Achmad Syaiful.
2011. Angka Kemiskinan Kota Malang
Menurun Drastis. (Online), (http://mediacenter.malangkota.go.id/2011/11/angka- kemiskinan-kota-malang-menurun-drastis/, diakses hari Kamis,
tanggal 13 Juni 2013, pukul 20.55
WIB).
Haris,
M. Lutfi. 2012. Laporan Hasil Observasi
Penyebab Maraknya Pengamen di Terminal
Gadang Malang. Tugas Akhir. Malang: Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim.
Lina
Nurjannah. 2011. Pemberdayaan Anak Jalanan di Kota Malang melalui Kemitraan antara Pemerintah dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (Studi pada Dinas Ketenagakerjaan dan Sosial dan Lembaga Pemberdayaan Anak Griya Baca Kota Malang). 1) Dr. Imam Hardjanto, MBA, M.AP, Dip. Sp 2) Drs. Choirul
Saleh, M.si. 186+xix.
Ranjabar,
Jacopus. 2008. Pendekatan Realitas Sosial. Bandung: Alfabeta.
Tobari.
2011. Angka Kemiskinan Kota Malang
Menurun. (Online), (http://infopublik.kominfo.go.id/index.php?page=news&newsid=600, diakses pada hari Kamis, tanggal 13 Juni 2013, pukul 20.35 WIB).
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
LAMPIRAN
1.
Transkip
Wawancara
Deskripsi Situasi
Pada saat sore hari sekitar jam
16.30 saya dan teman saya sedang berjalan di sekitar depan kampus UIN Maliki
Malang. Saya melihat ada tiga anak yang sedang mengamen keliling di setiap
toko. Setelah mereka selesai mengamen di suatu toko dan sedang berjalan, saya
menemui mereka dan meminta izin untuk meminta waktu mereka sebentar untuk
melakukan wawancara.
BIODATA
PENGAMEN JALANAN
Pengamen
1
|
Namanya
Mamat. Berumur 12 tahun dan masih sekolah kelas 6 SD Darul Quran. Alamat
rumah di Dadapan. Memiliki perawakan kecil dengan rambut pendek dan lurus.
|
Pengamen
2
|
Bernama
Ani. Ani merupakan adiknya Mamat dan masih sekolah kelas 2 SD di Kota Lama.
Ani berumur 8 tahun. Tipikal kecil, mukanya agak kotor dengan rambut agak
panjang dan lurus.
|
Pengamen
3
|
Namanya
Agung. Berumur 13 tahun. Sudah tidak bersekolah. Putus sekolah saat kelas 2
SD. Tinggal di daerah Bareng, Malang. Memiliki perawakan agak tinggi, hitam,
dan rambut keriting.
|
HASIL
WAWANCARA
Sukur
|
:
|
Selamat
sore Dek, bisa minta waktu sebentar? Boleh tidak saya berwawancara dengan
adek?
|
Pengamen
|
:
|
Boleh
kak, silahkan
|
Sukur
|
:
|
Apakah
adek mengamen di sini setiap hari?
|
Mamat
|
:
|
Iya
kak
|
Agung
|
:
|
Kami
mengamen dari Dinoyo sampai ITN, biasanya mulainya siang
|
Sukur
|
:
|
Apakah
setiap hari mengamen di jalanan atau di rumah-rumah atau di toko-toko?
|
Mamat
|
:
|
Keliling
kak setiap hari
|
Sukur
|
:
|
Selanjutnya,
berapa biasanya hasil mengamen setiap harinya?
|
Mamat
|
:
|
Rp.
90.000
|
Sukur
|
:
|
Uang
Rp. 90.000 itu buat apa aja dek?
|
Mamat
|
:
|
Uangnya
untuk biaya sekolah sama adek saya ini, Ani.
|
Sukur
|
:
|
Kalau
Agung buat apa?
|
Agung
|
:
|
Buat
bantu orang tua
|
Sukur
|
:
|
Pekerjaan
orang tua kalian sebagai apa dek?
|
Mamat
|
:
|
Ayah
sebagai tukang bangunan, kalau Ibu sama kayak gini
|
Sukur
|
:
|
Kalau
Agung pekerjaan orang tuanya apa dek?
|
Agung
|
:
|
Ayah
jadi tukang becak, Ibu jadi tukang cuci
|
Sukur
|
:
|
Lha,
kalian tidak bersekolah dek?
|
Agung
|
:
|
Saya
sudah putus sekolah dulu saat kelas 2 SD
|
Sukur
|
:
|
Kenapa
putus sekolah dek?
|
Agung
|
:
|
Tidak
ada biaya
|
Sukur
|
:
|
Kalau
Mamat gimana? Masih sekolah?
|
Mamat
|
:
|
Masih
kak, sekarang kelas 6 SD Darul Quran
|
Sukur
|
:
|
Kalau
adek Ani sekolah kelas berapa?
|
Ani
|
:
|
Kelas
2 SD di Kota Lama
|
Sukur
|
:
|
Kalian
tadi mengamen setiap hari, sekarang tinggal di mana dek?
|
Mamat
|
:
|
Aku
sama adekku tinggal di Dadapan
|
Sukur
|
:
|
Kalau
Agung tinggal di mana?
|
Agung
|
:
|
Tinggal
di Bareng
|
Sukur
|
:
|
Tinggal
di rumah dengan siapa dek?
|
Mamat
|
:
|
Dengan
kedua orang tua, tapi Ibu sekarang sakit kurang darah
|
Sukur
|
:
|
Ooh,
semoga cepet sembuh Ibunya ya dek. Adek punya kakak?
|
Mamat
|
:
|
Punya
3, tapi 2 kakak uda meninggal. Anak pertama sekarang uda nikah, kemarin ke
rumah tapi uda berangkat lagi ke Madura
|
Sukur
|
:
|
Oke
dek, kalo Agung gimana?
|
Agung
|
:
|
Punya
adek 1 masih kecil di rumah
|
Sukur
|
:
|
Ini
kalian ngamen kenapa?
|
Mamat
|
:
|
Pengen
nyari uang kak buat biaya sekolah
|
Sukur
|
:
|
Apa
kalian ngamen untuk orang lain apa karena pengennya adek?
|
Mamat
|
:
|
Pengen
sendiri kak, biar bisa bantu orang tua
|
Agung
|
:
|
Biar
bantu orang tua juga,
|
Sukur
|
:
|
Ini
biasanya ngamen sampe jam berapa?
|
Mamat
|
:
|
Sampe
setelah maghrib
|
Sukur
|
:
|
Pulangnya
naik apa ntar dek?
|
Agung
|
:
|
Naik
angkot kak
|
Sukur
|
:
|
Oh
ya, tadi ngamen tiap hari kan, apa ga capek dek?
|
Mamat
|
:
|
Ga
kak, kalau hari Sabtu dan Minggu, sama hari libur ga ngamen kak
|
Sukur
|
:
|
Oooh,
jadi hanya ngamen hari Senin sampe Jumat yaa
|
Mamat
|
:
|
Iya
kak, biasanya setelah saya pulang sekolah langsung ngamen di jalanan sama Ani
dan Agung
|
Sukur
|
:
|
|
Mamat
|
:
|
Saya
pengen melanjutkan sekolah hingga kuliah kak
|
Sukur
|
:
|
Kalo
Agung apa harapannya?
|
Agung
|
:
|
Pengen
ngelanjutin sekolah lagi kak sama bantu orang tua
|
Sukur
|
:
|
Kalo
Ani harapannya apa dek?
|
Ani
|
:
|
Sama
kayak kak Mamat
|
Sukur
|
:
|
Oke
dek, semoga harapan kalian terwujud ya dek, amin
|
Mamat,
Agung, Ani
|
:
|
Iya
kak
|
Sukur
|
:
|
Kalau
begitu, terima kasih ya dek buat waktunya, selamat sore dan sukses ya dek
|
Agung
|
:
|
Sama
sama kak
|
2. Foto
dengan Responden